BANGKATENGAH,Harnasnews.com – Dalam beberapa semester terakhir ini usaha budi daya udang tambak jenis Vanamae terkesan kian ‘menjamur’ di sejumlah daerah khususnya di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) tak terkecuali di Kabupaten Bangka Tengah.
Namun sayangnya, usaha tambak udang ini terkadang terkesan tak lagi ramah terhadap lingkungan sekitar. Sebaliknya, segelintir oknum para pelaku usaha tambak udang jenis ini pun justru hanya memikir kepentingan pribadi atau perusahaan semata, bahkan terkesan mengabaikan hak-hak warga maupun kondisi lingkungan sekitar.
Akibatnya, kondisi tersebut malah menimbulkan keresahan hingga berujung pada kerugian bagi masyarakat atau warga yang merasa terdampak dari kegiatan usaha budi daya tambak udang Vanamae.
Sebagaimana halnya, dalam kasus usaha tanbak udang kali ini justru terjadi di Kelurahan Padang Mulia, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah atau tepatnya di sepadan pantai Tanjung Langka terdapat usaha budi daya tambak udang Vanamae dikelola oleh CV Tanjung Langka Tri Anugerah namun diduga telah mencemari lingkungan sekitar.
Terungkapnya kasus dugaan pencemaran llingkungan akibat dampak dari kegiatan usaha budi daya tambak udang tersebut di mana sebelumnya awak media mendapatkan informasi atau laporan dari masyarakat Koba hingga jaringan media ini pun akhirnya mengerahkan tim guna melakukan investigasi reporting.
Dalam kegiatan investigasi reporting kali ini tim melakukan giat survai ke lokasi usaha tambak udang di kawasan sepadan pantai Tanjung Langka, Koba. Selain itu tim media ini pun melakukan investigasi selama dua hari di daerah setempat.
Seorang pengusaha kebun sawit asal Koba, Yus (60) mengaku jika dirinya sampai saat ini merasa kesal dan dirugikan lantaran saat ini usaha tambak udang Vanamae dirasakannya kian bertambah di kawasan sepadan pantai Tanjung Langkah, Koba.
Sebab menurutnya, lokasi perkebunan sawit yang dikelolanya itu kebetulan berada bersebelahan dengan usaha tambak udang. Oleh karenanya justru ini diduganya akan berdampak buruk terhadap kondisi perkebunan sawit seluas 7 hektar (ha) dikelolanya selama belasan tahun ini.
“Sebagian pohon sawit di kebun saya sempat mengalami kerusakan atau daunnya menjadi kering sejak ada tambak dekat sini,” ungkapnya saat ditemui media ini di kebun sawitnya, Kamis (8//6/2021) siang.
Bahkan dirinya pun mengkhawatirkan dampak keberadaan usaha tambak udang di kawasan pantai setempat dan usaha perkebunan sawitnya itu dikhawatirkanya bakal terancam mati atau gagal panen.
Pasalnya, sejumlah tanaman pohon sawit di kebun miliknya itu kini kondisi daun pada sejumlah pohon kelapa sawit yang ditanamnya itu kini malah jadi mengering.
“Saya menduga ini terjadi akibat dampak dari usaha tambak udang yang berada sangat dekat dengan kebun sawit saya ini. Lihat saja kondisi di lapangan faktanya lokasi kebun sawit saya dengan lokasi tambak udang hanya berjarak tak lebih dari 30 meter,” terangnya.
Diterangkanya lebih jauh, Ia menduga jika faktor penyebab daun-daun yang terdapat di sejumlah pohon kelapa sawit di kebunnya itu kini mengering lantaran akibat adanya penguapan air yang berasal dari kolam atau petak usaha tambak udang yang beroperasi bersebelahan dengan lahan kebun sawit miliknya.
“Jadi begini, yang saya maksud penguapan itu yakni uap air asin lebih halus dari embun yang berasal dari kolam tambak udang itu. Pada bulan 12 angin pun menghantam ke arah kebun sawit dengan membawa uap air tadi hingga mengakibatkan kondisi daun kelapa sawit jadi mengering,” jelasnya lagi.
Terkait persoalan itu pun Yus mengaku dirinya sebelumnya sempat memberitahukan kepada pihak pengelola tambak udang Vanamae tersebut (Sudi). Namun sebaliknya ia justru malah kecewa lantaran sikap pengelola tambak udang yang dianggapnya tak kooperatif.
“Saya pernah menemui pengelola tambak udang itu (Sudi — red) guna melaporkan kejadian terhadap sejumlah pohon kelapa sawit di kebun saya,” ungkapnya.
Diterangkanya, dalam pertemuan dengan pihak pengelola tambak udang tersebut (Sudi) beberpa bulan lalu justru Sudi tak menyangkal jika aktifitas usaha tambak udang dikelolanya itu berdampak terhadap kerusakan sekitar tambak.
“Saat pertemuan itu saya minta agar ia (Sudi — red) memasang pagar pembatas antara kebun sawit saya dengan tambaknya setinggi pohon kelapa sawit. Namun Sudi malah berinisiatif memasang jaring wareng. Menurut saya hal itu malah tidak ada jalan penyelesaian. Sebab kalau dipasang wareng tetap saja uap air semacam embun itu akan tetap mengena masuk ke lahan perkebunan sawit saya,” terang Yus detil.
Tak sampai di situ, Yus pun kembali niatnya berpikir guna mencari solusi terbaik dengan cara bernegosiasi dalam menyelesaikan persoalan kerusakan sejumlah tanaman sawit miliknya yang diduga akibat dampak keberadaan tambak udang yang dikelola Sudi yang bersebelahan dengan kebunnya.
“Sempat saya tawarkan solusi lainnya yakni saya minta ganti rugi dengan sejumlah uang terkait kondisi pohon sawit yang rusak itu yaitu saya minta agar Sudi membayar kerugian yang saya alami sebesar Rp 7 juta saja setiap kali panen sawit. Namun lagi-lagi tawaran tersebut tak diresponnya dengan baik,” sesalnya.
*Dulu Pernah Kejadian Kolam Tambak Udang Mengalami Kebocoran
Menurutnya, sejarah keberadaan usaha tambak udang yang ada di kawasan sepadan pantai Tanjung Langka, Koba ini diperkirakanya telah berlangsung sekitar dua tahun lalu. Namun keberadaan kebun sawit miliknya justru lebih awal dibanding usaha tambak udang tersebut.
“Dulu usaha tambak udang di sekitar sini dikelola mantan pejabat dan infonya sempat tiga kali panen udang. Sekarang tambak udang itu sudah dijual kepada seorang pengusaha asal Koba yakni pak Anam. Nah dalam satu hamparan kawasan ini terdapat sejumlah tambak udang lainnya termasuk usaha tambak udang yang dikelola oleh Sudi,” terangnya lagi.