Mahasiswa UMSurabaya,Ubah Limbah Medis Menjadi Batako Ramah Lingkungan

Pemberdayaan masyarakat ini dilakukan UM Surabaya bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), dan Forum Rektor Indonesia (FRI) dengn tajuk Lawan Polusi dengan Revolusi Mental ini menghasilkan paving dengan bahan dasar sampah medis dan cangkang.

Surabaya,Harnasnews.com – Pandemi Covid-19 cukup mengubah pola hidup manusia, terutama dalam menghasilkan limbah.

Penggunaan masker dan peralatan medis lainnya meningkat. Limbah ini juga ditambah dengan peningkatan belanja online dari rumah yang menambah hasil sampah rumahan setiap orang.

Civitas akademika Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), dan Forum Rektor Indonesia (FRI) mengusung kegiatan bertajuk “Lawan Polusi dengan Revolusi Mental”.

Menurut Dede Nasrullah, selaku ketua program, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental. Melalui kegiatan ini, ada beberapa pesan yang kami sampaikan ke masyarakat agar memiliki kesadaran dalam mewujudkan indonesia bersih dengan mencintai lingkungan.

“Penanganan limbah medis untuk di rumah pasien ODP dan PDP, dapat melakukan praktik tersebut, di mana harus ada fasilitas sampah transit selama dua hari. Setelah dua hari, limbah bisa dibawa ke fasilitas pengolahan akhir atau umum,” paparnya.

Dede juga menganjurkan untuk mengikuti saran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyarankan agar limbah medis Covid-19 dipisahkan dan diendapkan lebih dulu selama dua hari.

Setelah itu, limbah bisa dicampur karena virus diharapkan sudah mati.

“Penanganan limbah medis untuk di rumah pasien ODP dan PDP, dapat melakukan praktik tersebut, di mana harus ada fasilitas sampah transit selama dua hari. Setelah dua hari, limbah bisa dibawa ke fasilitas pengolahan akhir atau umum,”ujarnya pada saat acara di area pesisir Bulak Surabaya pada Sabtu, (14/8/2021).

“Melalui mengelola sampah medis dan cangkang adalah bentuk aksi nyata Dari Terbengkalai Jadi Bernilai. Sedangkan, taman Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sebagi bentuk aksi Dari Konsumtif Berubah Produktif”, ujarnya.

Dede Nasrullah menambahkan bahwa beberapa program di atas diharapkan dapat mengubah cara hidup, dan cara berpikir masyarakat sebagaimana yang diharapkan oleh program GNRM agar masyarakat memiliki etos kerja, integrasi dan gotong royong.

Fiba Eka Maharani, mahasiswa jurusan Teknik Sipil, menjelaskan alasannya mengapa memilih limbah masker dan cangkang dalam proses pembuatan paving.

Limbah masker mengandung kandungan plastik HDPE yang digunakan sebagai pengisi aggregat halus yang mana bisa melekatkan agregat bahan kasar yaitu limbah cangkak. Selain itu, limbah masker juga membantu agregat halus lainnya berupa pasir dan semen dalam proses pembuatan paving.

Ma’ruf Sya’ban, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Inovasi dan Sumber daya Insani, menyebutkan bahwa program ini dilakukan bagian dari komitmen kampus mengajak masyarakat agar peduli pada lingkungan.

“Isu polusi ataupun limbah masker harus menjadi perhatian bersama. Aksi olah limbah masker dan cangkang menjadi penanda bahwa masyarakat harus mencintai lingkungannya” ujarnya pada saat acara di area pesisir Bulak.[PUL]

Leave A Reply

Your email address will not be published.