
BULELENG, Harnasnews.com – Dugaan korban mafia hukum kembali mencuat. Kali ini menimpa warga Bali yang diketahui bernama Gede Putu Arka Wijaya. Ia saat ini harus mendekam di Lapas Singaraja akibat tuduhan telah melakukan pengerusakan dan pencurian.
Kasus yang menimpa Putu Arka ini berawal dari kesepakatan Putu Arka membeli sebuah rumah kos dari Deny Ary Suryadi seharga 500 Juta Rupiah. Selanjutnya Putu Arka memberikan tanda jadi pembayaran sebanyak 60 juta rupiah.
Merasa sudah memberikan uang muka, Putu Arka berniat segera merapikan kondisi rumah dengan mengajak tukang membersihkan beberapa kayu balok di rumah kos tersebut.
Tapi apa lacur, niatan Putu Arka malah dimanfaatkan pemilik rumah kos dengan melaporkan Putu Arka kepada pihak berwajib dengan tuduhan telah melakukan pengerusakan dan pencurian. Dan sekarang Putu Arka harus mendekam di Lapas Singaraja sebagai tahanan kejaksaan .
Putu Arka merasa selama dalam proses hukum dirinya tidak mendapat keadilan. Ia menengarai ada mafia hukum yang bermain sehingga kasus yang seharusnya perdata yang bisa diselesaikan dengan pelunasan pembayaran rumah kemudian malah lebih ditonjolkan kasus pidananya.
“Kalauhanya berniat untuk mencuri atau merusak, kenapa saya bayar 50 juta untuk uang muka jual – beli rumah,” jelas Putu Arka dengan wajah muram.
Akibat diperlakukan tidak adil, Putu Arka kemudian memutuskan untuk berkirim surat mohon perlindungan hukum kepada PresidenJoko Widodo , Menkopolhutkam ,Kapolri ,Jaksa Agung Dan Mahkamah Agung sampai juga kepada Komisi Yudisial dengan harapan agar kasus ini dapat diselidiki sejauh mana para mafia hukum terlibat.
Berikutisi surat Putu Arka yang disampaikan kepada petinggi negeri ini:
Om Swastiastu,
Salam sejahtera
Saya Gede Putu Arka Wijaya dan
Sekarang berstatus Tahanan Kejari di Lapas Singaraja.
Sembari lalu menunggu kepastian dari sidang kasus yang menimpa saya, dengan ini meminta keadilan dan pendapat dan perhatian dari para ahli hukum yang masih punya nurani dan keadilan untuk merenungkan runtuhnya ‘Penegakan hukum ‘di bumi Indonesia .
Saya adalah bekerja di Lembaga Permasyarakatan dan juga adalah kepala keluarga dan tulang punggung ,disamping juga memiliki 2 Anak laki laki yang masih kecil dan memerlukan sosok ayah
Dengan terang benderang saya mengatakan disini,penyebab runtuhnya Marwah hukum adalah karena ulah ‘mafia mafia hukum’, contoh pada kasus yang menimpa saya ,
Kasus ini melibatkan semua unsur Oknum APH (alat penegak hukum, red) dimulai dari penyidikan dan seterusnya,padahal awal nya saya membeli sebuah rumah kos ,konspirasi jahat ini terselubung dan rapi sehingga saya ditargetkan harus masuk tahanan/ penjara dengan unsur pidana sebagai senjata utama