Surabaya,Harnasnews com – Setelah melaksanakan program Matching Fund selama kurang lebih tiga bulan, program studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya melaksanakan Gebyar Matching Fund Plunturan sebagai kegiatan penutup, Sabtu (4/12).
Bertempat di Zoorsengon (lapangan pertunjukan desa Plunturan) kecamatan Pulung, Ponorogo. Berbagai kesenian budaya khas daerah Plunturan ditampilkan, mulai dari penampilan Gugur Gunung, Tari Reyog Putri, Cokean hingga drama berbahasa Inggris oleh pemuda Plunturan.
Sejak September lalu, Prodi Sastra Inggris telah melaksanakan 17 topik kegiatan Program Matching Fund 2021.
Kegiatan tersebut diantaranya pelatihan untuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis), implementasi Sapta Pesona Wisata, pelatihan penyusunan proposal anggaran kegiatan, pelatihan story telling hingga pelatihan hospitality dengan mengembangkan rumah-rumah penduduk sebagai penginapan atau homestay. Seluruh program dicanangkan dalam mewujudkan Desa Plunturan menjadi Desa Wisata Budaya.
“Karena kami dari prodi Sastra Inggris, dari seluruh topik kegiatan, pelatihan berbahasa inggris dan juga hospitality menjadi program unggulan kami,” papar ketua penanggungjawab program-Drs. Y.B. Agung Prasaja, M.Hum.
Disebutkan oleh Agung, seluruh Dosen prodi Sastra Inggris dan 63 mahasiswa terlibat aktif dalam pelaksanaan berbagai kegiatan tersebut. “Pada program ini kita gerakkan mahasiswa dalam skema MBKM, yang mulai tahun ini mahasiswa diwajibkan berkegiatan diluar kampus,” ungkapnya. Dengan telah berlangsungnya seluruh program, prodi Sastra Inggris akan tetap melakukan pemantauan.
Bahkan rencananya akan mengajukan proposal Matching Fund kembali di tahun depan dengan tempat pelaksanaan yang sama. Agung mengatakan, “mohon doa agar 2022 bisa mendapat hibah Matching Fund kembali agar dapat melakukan percepatan desa Plunturan menjadi Desa Wisata Budaya.”
Hal yang sama juga disampaikan oleh Rektor Untag Surabaya – Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, MM., CMA., CPA. Sebagai salah satu desa mitra, Untag Surabaya sudah mendampingi desa Plunturan selama hampir tiga tahun.
“Hingga saat ini, sudah cukup banyak perkembangan yang ada. Namun, kami akan terus mendampingi agar benar-benar siap menjadi desa wisata,” tukasnya.
Mewakili warga desa, Kepala Desa Plunturan-Dwi Bintoro, berterima kasih atas berbagai program yang dilaksanakan oleh tim Matching Fund Prodi Sastra Inggris.
Disampaikan olehnya, masyarakat mendapat banyak manfaat dalam rangka upaya pembentukan Desa Wisata Budaya. “Dari belum mengetahui mengenai desa wisata, saat ini masyarakat sudah paham apa yang harus disiapkan dan dilakukan untuk menjadi desa wisata budaya,” ungkapnya. Ia mengungkapkan pihak desa akan selalu siap untuk berkolaborasi pada kegiatan-kegiatan berikutnya.
Selain penguatan softskill menuju Desa Wisata Budaya, kegiatan abdimas Untag Surabaya hingga saat ini turut membantu pengembangan usaha UMKM desa Surabaya. Misalnya, dalam program Matching Fund dilakukan pendampingan wirausaha berkolaborasi dengan program Wiradesa oleh BEM FISIP Untag Surabaya. Kolaborasi ini menghasilkan Galeri UMKM dimana warga bisa menampilkan hasil usaha masing-masing.
Persiapan lain juga dilakukan dalam penerapan poin kebersihan Sapta Pesona Wisata dengan penyediaan wastafel di sebaran desa. Pihak desa juga dibekali pelatihan digitalisasi budaya serta perlengkapan seperti kamera untuk mengoptimalkan publikasi desa.
Seluruh program abdimas dilakukan sebagai persiapan saat menerima kunjungan wisatawan nantinya ketika pandemi berakhir atau new normal.[PUL]