Menuju Eliminasi TB 2030, Peran Aktif Media Sangat Dibutuhkan
JAKARTA, Harnasews – Indonesia merupakan salah satu negara dengan kasus penyakit tuberkulosis (TBC) tertinggi ketiga di dunia. Berdasarkan data WHO tahun 2021 bahwa Indonesia menjadi negara dengan beban penyakit TBC dengan estimasi 824.000 kasus dan kematian sebanyak 13.110 kasus.
Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan cakupan pengobatan TBC secara nasional mengalami penurunan dari 67% tahun 2019 menjadi 47% di tahun 2020.
Di satu sisi, minimnya informasi di media terkait dengan pemberitaan penyakit TBC seakan tenggelam dengan pemberitaan Pandemi Covid-19 yang mematikan.
Padahal masyarakat Indonesia sangat membutuhkan informasi yang terus berkelanjutan terkait penanganan penyakit TBC terebut.
Oleh karena itu, guna mendukung upaya pemerintah dalam penanggulangan TBC di Indonesia, Yayasan Pesona Jakarta (YPJ) sebagai lembaga advokasi masyarakat dalam penanganan dan pendampingan penyakit TBC bersinergi dengan Stop TB Partnership Indonesia (STPI) menggelar Forum Group Discussion (FGD) dengan tema “Diskusi Konsep dan Strategi Pemberitaan TBC”.
Kegiatan diskusi yang dihadiri oleh beberapa pakar dan kalangan media online, radio dan cetak itu berlangsung di Jakarta 17-19 Maret 2022.
Koordinator Komli TB Bidang V, Rita Damayanti mengatakan agar masyarakat merubah stigma buruk tuberkolosis. Untuk itu, pihaknya berharap agar TBC jangan lagi diidentikkan dengan penyakit kutukan, penyakit keturunan dan penyakit orang miskin, akan tetapi penyakit yang masih bisa di ditangani dengan pengobatan hingga bisa sembuh.
“Oleh karena itu, dalam hal ini media memiliki berperan penting dalam memberikan edukasi dan informasi yang tepat dan berguna kepada masyarakat menuju eliminasi TB pada 2030,” ujar Rita.
Dalam kesempatan yang sama pula, wartawan senior Harian Kompas, Irwan Julianto juga hadir dalam FGD tersebut menyatakan bahwa TBC merupakan epidemi dan pembunuh keempat di Indonesia sesudah jantung, stroke dan kanker.