“Situasi masyarakat yang patriarki, diperparah dengan terbatasnya sumber keuangan dan rendahnya kontrol perempuan untuk memilih pelayanan kesehatan dan menggunakan uang untuk kesehatan dirinya sendiri maupun anak-anaknya karena masih bergantung kepada suami bahkan keluarga lainnya seperti orang tua. Kurangnya dukungan suami atau keluarga pada kesehatan ibu masih terjadi terutama di wilayah-wilayah terpencil,” katanya melalui siaran pers di Jakarta, Jumat.
Faktor ini, menurut dia, membuat perempuan tidak memiliki kekuatan membuat keputusan yang berhubungan dengan reproduksi mereka, termasuk terkait dengan kehamilan dan persalinan.
Faktor lain seperti pendarahan di tengah macet jalan yang rusak, kemiskinan, kurangnya pengetahuan kebutuhan dasar ibu hamil, kurang pengetahuan pentingnya pemeriksaan rutin selama kehamilan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) selama kehamilan juga menjadi penyebab kehamilan yang kurang baik dan berisiko besar terjadinya ibu hamil meninggal.
“Perkawinan anak juga menjadi faktor penyebab. Dampak perkawinan anak bagi perempuan tidak sederhana karena rentan menimbulkan persoalan kesehatan reproduksi yang belum siap hingga risiko kematian,” tambah Bintang, dilansir dari antara.