JAKARTA, Harnasnews – Center for Public Policy Studies (CPPS) Indonesia, menilai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) tengah melakukan akrobat politiknya guna mendorong kader terbaiknya maju pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
“Sebenarnya mudah dibaca arahnya kemana cara PDI-P mendapatkan simpati publik. Di mana masyarakat melihatnya bahwa partai tersebut tengah terjadi perpecahan, tapi pada hakekatnya menyatukan. Seperti saat itu Megawati branding Jokowi. Mungkin saja pada Pilpres mendatang PDI-P mengorbankan Puan Maharani, tapi pada gilirannya mendorong Ganjar Pranowo,” ujar direktur eksekutif CPPS Indonesia Bambang Istianto kepada Harnasnews, Minggu (22/5/2022).
Persoalanya kondisi saat ini berbeda saat era Jokowi. Padahal di era Jokowi PDI-P sebagai partai yang sangat diuntungkan. Namun sayangnya kapasitas politik tidak sepenuhnya mampu dikendalikan, karena di lingkungan Istana ada Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) yang selama ini dikenal sebagai sosok dibelakang Jokowi.
Pada bagian lain, sosok Ganjar diprediksi akan dibentuk Jokowi, kecil sepertinya sebagai pengendali Jokowi dan gangnya (Oligarki+LBP).
“Kondisi saat ini memang berbeda ada variabel Prabowo dan Puan. Pada Era Jokowi memang Megawati butuh Hendro Priyono untuk menandingi manuver LBP,” katanya.
Bambang menilai pada Pemilu 2024 ini PDIP tengah menghadapi dilema, pilih Puan atau Ganjar. Seperti akan mendorong Mega atau Jokowi pada Pilpres 2014 lalu.
“Namun kondisi politik saat ini berbeda baik secara nasional dan global. Tentunya PDI-P perlu melakukan akrobat politiknya harus berbeda dengan tahun 2014 lalu,” jelasnya.
Pendapat berbeda diungkapkan peneliti Utama Indonesia Political Opinion (IPO) Catur Nugroho. Meski PDI-P hingga saat ini kurang merespon dengan baik terkait dengan popularitas Ganjar Pranowo sebagai Capres, namun berdasarkan hasil survei, pria yang saat ini menjabat Gubernur Jawa Tengah tengah di posisi elektabilitas tinggi dibandingkan dengan Ketua DPR Puan Maharani.