MATARAM,Harnasnews – Sebanyak empat pemain Pra PON NTB 2019/2020, resmi bergabung dengan Lombok Fottball Club (LFC), klub sepakbola profesional yang didirikan anggota DPR RI dari Dapil NTB 2/P. Lombok, H. Bambang Kristiono, SE (HBK). Empat talenta berbakat NTB tersebut tadinya bermain untuk klub sepakbola di Bali, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Keempat pemain tersebut adalah Nanda Juanda, yang sebelumnya bermain di Bali United, yang merupakan klub juara bertahan Liga 1 Indonesia. Kemudian ada Apriyanto, yang sebelumnya bermain di Perseden Denpasar, Bali. Selain itu ada Yanuar Baihaqi, yang sebelumnya bermain di PS Batang, Jawa Tengah, dan Fahrurrozi Beko, yang sebelumnya bermain di PS Mojosari Putra, Jawa Timur.
“Sebenarnya masih ada satu orang pemain lagi dengan posisi penyerang yang sudah deal untuk bergabung di Lombok FC,” kata HBK dalam keterangan pers di Mataram, Ahad (24/7/2022).
Namun, entah dengan alasan apa, salah satu tokoh sepakbola terkenal di NTB malah merintangi langkah pemain tersebut untuk membela Lombok FC, dan justru malah mengirimnya ke luar daerah. Padahal sang pemain sudah setuju menjadi bagian penting dari skuad Lombok FC. Bahkan, pelatih maupun agen di klub sebelumnya sudah tidak ada masalah.
“Sekarang terjawab sudah, kenapa sebegitu sulitnya bagi klub sepakbola NTB untuk berkiprah di level yang lebih tinggi, di level nasional. Kalau cara berfikir tokoh-tokoh bolanya masih amatiran seperti ini,” tandas HBK.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI ini menegaskan, mestinya, tokoh sepakbola tersebut lebih memprioritaskan karier dan jam terbang para pemain. Bukan gengsi ataupun kepentingan diri pribadinya.
HBK menegaskan, kalau dulu-dulu, bolehlah banyak pemain NTB yang bermain di luar. Karena NTB belum memiliki klub yang dikelola secara profesional. Tapi untuk saat ini, NTB sudah memiliki Lombok FC. Klub yang pelatih-pelatihnya, fasilitas-fasilitasnya, dan dukungan-dukungan infrastrukturnya tidak kalah mentereng dengan klub-klub sepakbola di Pulau Jawa.
Karena pemain tersebut urung bergabung, untuk melapis kekosongan pemain tersisa, HBK menjelaskan, Lombok FC terpaksa harus kembali mendatangkan pemain yang berasal dari luar NTB. Dan pilihan jatuh kepada Clifton Fonataba, pemain lulusan klub sepakbola Persipura, Jayapura.
“Clifton Fonataba adalah talenta muda sepakbola asal Papua yang baru saja pulang dari bermain selama dua tahun di Pro Direct Academy, Aveiro, Portugal,” imbuh HBK.
*Skuad LFC Sudah Komplet*
Lombok FC pun kini telah memiliki skuad utama yang komplet. Terdiri dari 25 pemain. Mereka dilatih oleh Head Coach Jessie Mustamu, pelatih yang sebelumnya adalah legenda klub sepakbola PSIS Semarang.
Dalam melaksanakan tugas kepelatihannya, Jessie Mustamu akan dibantu oleh Asisten Pelatih Coach Viktor Simon Badawi, mantan asisten pelatih PON Kaltim yang menggantikan Asisten Pelatih S. Margono yang sebelumnya mengundurkan diri.
Khusus untuk Coach Fabio Oliveira, pelatih asal Brazil, Chief Executive Officer (CEO) Lombok FC, Rannya Agustyra Kristiono menjelaskan, pelatih berlisensi A dari AFC tersebut sekarang dipercaya Manajemen Lombok FC sebagai Direktur Teknik Klub.
“Saya kira memang Coach Fabio passionnya di situ. Mengurusi pemain dan pelatih. Bukan di manajemen. Dan kelihatan sekali, beliau lebih enjoy sekarang,” ungkap Rannya.
Dara yang sedang merampungkan pendidikannya di Brunell University, London ini pun memastikan, evaluasi dan perbaikan, baik di manajemen, tim pelatih, maupun para pemain terus dilakukan Lombok FC sebelum gelaran Liga 3 NTB dimulai.
“Tujuannya tentu saja, dicapainya end result atau hasil akhir terbaik,” kata Rannya.
Untuk mematangkan starting eleven-nya, Lombok FC bahkan telah menyelenggarakan enam kali pertandingan persahabatan yang hasilnya menunjukan trend positif. Hal tersebut menandakan tim pelatih sudah semakin paham pemain-pemain mana yang harus berposisi dimana. Dan ada beberapa pemain yang ternyata harus pindah posisi seperti Nanda Juanda yang semula striker murni, sekarang menjadi gelandang serang.
“Saya merasa, di sisa waktu persiapan yang ada, Lombok FC akan semakin matang, padu, dan mampu mewujudkan ekspektasi-ekspektasinya,” imbuh Rannya.
Beberapa kejadian yang tidak diharapkan memang sempat mewarnai sejumlah laga uji coba dan pertandingan persahabatan. Seperti terjadinya keributan-keributan di lapangan. Hal tersebut, kata Rannya, telah dievaluasi dan dikoreksi manajemen. Sehingga tidak boleh terjadi lagi.
“Para pelatih dan pemain harus lebih mampu menahan diri, cool, dan bertindak profesional. Nggak boleh kasar dan ugal-ugalan,” tandas Rannya.
Rannya sendiri, dalam kesempatan mendampingi HBK melaksanakan kunjungan kerja reses ke Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat beberapa waktu yang lalu, sempat bertemu dan berinteraksi langsung dengan talenta-talenta muda sepakbola di daerah Raja Ampat, Papua Barat.
Dan bersama Manajer Tim Persipura, Yan Permenas Mandenas, yang juga adalah anggota Komisi I DPR RI dari Partai Gerindra, Rannya turut memberikan bantuan bola dan jersey-jersey sepakbola kepada beberapa klub masyarakat yang ada di Kab. Raja Ampat yang dikenal memiliki destinasi wisata bawah laut ternama tersebut.
“Kita harus belajar banyak dari masyarakat Raja Ampat yang telah sukses mempertahankan kelestarian wilayah gunung dan lautnya yang tetap terjaga.
Tidak heran kalau selama ini Raja Ampat dikenal sebagai destinasi wisata diving terbaik di dunia karena keanekaragaman hayati, karang, dan biota lautnya,” tutup Rannya.(Hr)