LAMONGAN,Harnasnews – Tidak bisa dipungkiri saat ini akses internet menjadi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh semua orang, termasuk anak-anak.
Bagi siswa, internet memang sangat menunjang kegiatan belajar, terutama di masa pandemi. Beragam manfaat mulai dari sarana komunikasi hingga mendapatkan informasi.
Menurut Founder Father Trust Indonesia Dr. Akhmad Fajar Prasetya, S.Pd.,M.P.D.,CI.,CHt.saat memberikan materi dalam “Workshop Anti Perundungan Gerakan Anti Cyberbulling” kepada para guru BK SMA Negeri/Swasta Se-Lamongan yang bertempat di Aula SMAN 1 Babat Kabupaten Lamongan,Rabu (10/8/2022).
Dari penggunaan internet bagi anak usia sekolah adalah fenomena perundungan di dunia maya (cyberbullying) yang kian marak.
Cyberbullying platform sosial media yang jamak digunakan WhatsApp, Instagram, dan Facebook. Adapun perilaku cyberbullying yang paling sering dilakukan adalah kekerasan siber (harassment), pencemaran nama baik (denigration) serta pengucilan (exclusion).
Pria yang akrab disapa Fajar ini juga menyebutkan sisi dampak, menurut UNICEF, cyberbullying akan mempengaruhi tiga aspek yakni mental, emosional, dan fisik. Secara mental, siswa yang mengalami cyberbullying akan merasa kesal, malu, bodoh bahkan marah.
Dari aspek emosional, korban cyberbullying akan kehilangan minat pada hal-hal yang disukai. Untuk aspek fisik, dampak yang paling dirasakan korban cyberbullying adalah lelah (kurang tidur), sakit perut, dan sakit kepala.
Dalam kasus yang ekstrim, cyberbullying bahkan bisa memicu seseorang menjadi depresi hingga melakukan bunuh diri.ujar Fajar.
Adapun upaya pencegahan yang bisa dilakukan di lingkungan sekolah, adalah dengan penyebaran kesadaran kepada murid terkait cyberbullying, tidak melakukan viktimisasi serta menjadikan cyberbullying dan dampaknya sebagai topik pelajaran yang relevan di sekolah.
“Pada dasarnya, anak adalah anak. Sebagai pendidik kita perlu lebih bersikap terbuka terhadap apa yang kita tidak tahu. Memberikan contoh menghargai sesama manusia dengan dekat dan menjadi teman bagi siswa. Dalam banyak kasus cyberbullying, yang menyelamatkan siswa bukanlah hukum atau pendisiplinan melainkan respons dari lingkungan terdekat termasuk guru,” tuturnya.
Sementara itu,Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur Wilayah Lamongan,Hidayat Rahman menambahkan bahwa perlunya sekolah meningkatkan literasi mengenai cyberbullying dan mengarahkan anak-anak memanfaatkan internet untuk hal yang produktif dan positif karena kita tidak bisa menahan laju perkembangan teknologi yang cepat dan massif.
Rahman,juga menjelaskan perlu menggunakan metode B-I-J-A-K dalam mencegah cyberbullying.
“B-I-J-A-K; B adalah menggunakan Bahasa yang baik. I merupakan penggambaran Ikon emosi, J adalah Jangan sharing sebelum disaring. A diwujudkan dengan Atur data pribadi, serta K adalah Kuatkan password supaya tidak mudah diretas orang lain,” ujar Rahman.
Cyberbullying merupakan sisi lain dari internet yang melewati batas, oleh sebab itu fenomena ini perlu disikapi oleh semua pihak dengan baik terlebih guru dan tenaga pendidik sebagai support system siswa.
Rahman juga mengungkapkan,bagaimana berperilaku bijak dalam berinternet sebagai upaya preventif dari cyberbullying pada siswa. Semoga melalui pembekalan ini para guru dapat lebih memahami dan memberikan respons yang tepat terhadap tindak cyberbullying di lingkungan sekolah.
Mari kita bersama -sama berperan aktif dalam memutus mata rantai perundungan dan menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari perudungan dalam bentuk apapun,” tutup Rahman.[PUL