1.456 Wisudawan UMSurabaya,Begini Pesan Menko PMK

SURABAYA,Harnasnews – Revolusi Mental merupakan gerakan untuk mengubah cara pikir, cara kerja, dan cara hidup bangsa Indonesia yang mengacu pada nilai-nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong berdasarkan Pancasila yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan.

Menurut Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy,Gerakan Revolusi Mental termasuk kedalam agenda Pembangunan Nasional yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

Di dalam gerakan tersebut, salah satunya adalah Revolusi Mental untuk memperkuat ketahanan, kualitas, dan peran keluarga serta masyarakat.Setiap lulusan perguruan tinggi terutama Universitas Muhammadiyah Surabaya dalam menghadapi tahun 2023.

“Sekarang adanya perubahan drastis komplek itu harus beradaptasi dengan cepat. Butuh kreativitas mampu merespons cepat dalam situasi baru dan itu harus dimiliki alumni UM Surabaya terjun di dunia kerja di dunia pengabdian pada masanya,” kata Muhadjir saat wisuda UM Surabaya, Sabtu.

Menurut dia, lulusan ini nanti menjadi pemain inti dalam Indonesia emas. Sehingga ia juga menekankan agar setiap lulusan perguruan tinggi bisa mengamplifikasi gerakan revolusi mental.

“Ada tiga nilai Pancasila sesuai arahan presiden. Integritas bangsa anak muda yang harus pupuk, etos kerja pekerja keras dan semangat gotong royong,” kata dia.

“Saat ini kami sedang mendorong Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting melalui Kampanye Nasional tentang Pencegahan Stunting dan Komunikasi Perubahan Perilaku dengan target sasaran masyarakat luas,” ujarnya.

Sementara itu, Rektor UM Surabaya, Sukadiono mengungkapkan wisuda kali ini menjadi wisuda tatap muka dengan jumlah terbesar yang diadakan.

Meskipun demikian, 1.456 wisudawan kali ini telah memiliki bekal soft skill dan kemampuan untuk beradaptasi dengan tuntutan dunia kerja.

“Beberapa wisudawan juga berhasil lulus dengan mempublikasikan karyanya ataupun penelitiannya di jurnal internasional ataupun nasional. Sehingga bisa dikonversi setara 6 SKS skripsi,” ujarnya.

Ketentuan konversi ini menjadi salah satu langkah penerapan Kampus Merdeka. Bahkan sudah diterapkan selama empat tahun terakhir.

“Harapannya akan lebih banyak mahasiswa yang bisa mempublikasikan penelitiannya kalau bisa meningkat 500 persen. Karena ini juga lebih mudah dibandingkan skripsi yang tahapannya banyak,” ucapnya.

Tantangan tersendiri menumbuhkan budaya untuk mempublikasikan penelitian di kalangan mahasiswa. Karena mereka lebih awam dengan proses skripsi.

“Makanya kami ada mata kuliah metodologi penelitian dan ada juga pameran karya dan inovasi mahasiswa sebagai motivasi dalam publikasi penelitiannya,” tutur dia.[PUL]

Leave A Reply

Your email address will not be published.