KAB. BEKASI, Harnasnews.com – Majelis Ta’lim, merupakan sarana bersilaturahmi serta memperdalam ilmu agama dalam tradisi Islam di Indonesia. Semua kalangan dan usia boleh berada dan ikut dalam kegiatan itu.
Hal ini disampaikan oleh Zubaedah S.Hi selaku penyuluh agama Islam Fungsional KUA Kecamatan Tarumajaya. Ia menjelaskan bahwa Majelis Ta’lim merupakan tempat pengajaran atau pendidikan agama Islam yang paling fleksibel, dan tidak terikat waktu.
“Majelis Ta’lim bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan atau strata sosial, dan jenis kelamin. Tempat pengajarannya pun bisa dilakukan di rumah, masjid, musholla, kantor, aula, halaman (lapangan), dan sebagainya,”ujarnya pada Sabtu (01/01/23).
Selain itu, dikatakan Zubaedah, Majelis Ta’lim memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai lembaga da’wah dan lembaga pendidikan non-formal. Fleksibilitas Majelis Ta’lim inilah yang menjadi kekuatan sehingga mampu bertahan dan merupakan lembaga pendidikan Islam yang paling dekat dengan umat (masyarakat).
Mengingat peran sentral pendidikan moderasi dalam mewujudkan kehidupan beragama yang rukun dan damai, hal ini juga sejalan dengan misi Kementerian Agama dalam memperkuat gerakan moderasi beragama.
Majelis taklim sebagai lembaga pendidikan berbasis masyarakat memiliki peran sentral dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama yang moderat.
Oleh karenanya Pendidikan moderasi di majelis taklim Sangat urgen dilakukan guna memahami tiga hal, yakni pengetahuan nilai tawasut (moderasi), tasamuh (toleransi), dan wathaniyah (kebangsaan), penghayatan atau sikap tentang tiga hal tersebut dan pengamalannya.
Hal senada juga disampaikan oleh Zubaedah, terkait para imam Marbot dan takmir masjid, bahwa Kementerian Agama (Kemenag) merilis Program Masjid Pelopor Moderasi Beragama (MPMB).
Melalui Program MPMB, berharap terjadi revitalisasi peran masjid untuk semakin profesional pengelolaannya, kian moderat cara pandang dan paham keagamaan mencakup seluruh ekosistemnya, juga kian berdaya dan memberdayakan umatnya.
Hadir KH. Satiri Matrais LC, MA, ketua yayasan Sofwatul Qolbi, menjelaskan Kesempurnaan” atau “terbaik”) adalah seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya.
“Para guru Al-Qur’an, guru majlis taklim, imam dn marbot yakinlah bahwa profesi ini lebih mulia dari segala profesi di dunia, terus lakukan yg terbaik untuk ummat, Karena Allah maha melihat, Allah akan membalas lebih besar dari yang kita bayangkan,” ungkap KH. Satiri Matrais dalam ceramahnya.
Diketahui, kegiatan tersebut diawali dengan dzikir kebangsaan bersama, dipimpin oleh Ustadz Wahidi dan diakhiri dengan doa oleh KH. Mulyadi, S.Ag MM, ketua DMi kecamatan Tarumajaya. (Mam)