Pemkab Aceh Utara Diminta Peka Terkait Kelangkaan Pupuk Bersubsidi
ACEH UTARA, Harnasnews – Para petani di Aceh Utara mengeluhkan kelangkaan pupuk. Hal itu diduga ada permainan dari pengusaha dan distributor besar, yang bertujuan memonopoli pembelian gabah dan beras.
“Kelangkaan pupuk ini tentunya sangat meresahkan para petani. Sementara hasil pertanian kami terus mengalami penurunan karena harga penjualan gabah tidak sebanding dengan biaya produksi,” ujar Mulyadi yang juga petani Warga Desa Blang Seunong, Kecamatan Baktiya Barat, Kabupaten Aceh Utara, Minggu, (5/3/2023).
Dirinya mengaku setiap kali musim tanam padi, harga pupuk subsidi yang dibeli, di toko pasar Sampoiniet seperti harga pupuk non subsidi.
“Tiap tahunnya sama saja, harga pupuk per satu sak Urea subsidi 50Kg Rp 150.000 dan pupuk TSP merah Rp 170.000,/ 1 Karung 50Kg.
Sedangkan pada musim panen, harga padi lebih murah dijual, bekisar harga Rp4000, sd Rp. 4800, per 1Kg. Sedangkan harga beras tetap mahal, sampai Rp180.000 per 15 Kg di pasar.
“Kalau masalah bibit bantuan pemerintah itu saya, dan keluarga belum dapat bantuan. Meskipun keluarga saya dan orang tua saya adalah keluarga tidak mampu (miskin),” keluhnya.
Menurutnya, petani biasanya terkendala saat musim tanam. Sebab harus mengeluarkan biaya dua kali saat musim tanam padi, karena setelah menyemai padi, terkadang setelah seminggu tanam kena banjir.
“Sehingga kita harus keluarkan biaya dari nol untuk menanam padi kembali. Bahkan harus ngutang sama tetangga karena tidak dapat bantuan dari pemerintah Aceh Utara,” keluhnya.
Dirinya berharap Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Utara agar mendukung petani kecil. Selain itu melakukan kontrol rutin harga pupuk subsidi di pasar. Dengan menggandeng Bulog dan Disperindagkop Aceh Utara. Sehingga harga gabah hasil panen dapat terkendali.
Terpisah, pengusaha kilang padi dan pedangan beras, Aceh Utara menyebutkan kodisi terkini Untuk kebutuhan gabah di Aceh lebih dari cukup jika diperuntukkan khusus kebutuhan lokal.
“Tetapi, kondisi di lapangan bukan demikian, gabah Aceh Utara juga diolah oleh toke dari luar daerah, Sigli, Pidie jaya, Blang Pidie, dan juga dari daerah lain. Lebih parah lagi dibeli oleh pengusaha Cina Medan,” tuturnya.
Harga padi, harga Paling mahal Rp. 6.600. paling murah Rp. 4.800. Hal itu tergantung keadaan pasar. Sedangkan Harga beras, Rp 180/Karung 15Kg. Paling murah Rp. 175.000/ karung 15/Kg beras bagus sudah di pollis sementara harga beras biasa Rp. 170.000 SD Rp. 17.5000./ Karung 15Kg.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM), Aceh Utara, Iskandar menjelaskan selama ini Pemerintah Aceh Utara, belum menetapkan HET gabah dan beras, kendati demikian masih tetap mengacu HET pemerintah pusat.
“Sementara kami melakukan upaya antisipasi melalui pelaksanaan operasi pasar murah. Pola koordinasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID),” jelasnya.
Berdasarkan informasi yang didapat, terkait kenaikan harga beras tinggi, salah satu penyebabnya karena belum selesainya bendungan,dan ditambah lagi musibah banjir tiap tahun di daerah- daerah pemukiman, Kabupaten Aceh Utara.
“Dan kami juga terus berupaya untuk melakukan koordinasi degan Bulog untuk mengadakan operasi pasar khusus beras,” pungkasnya. (Zulmalik)