Dia berharap pemuda dari kalangan pelajar, kampus dan pesantren, aktif dan beraksi menebar pesan perdamaian, persatuan, dan agama yang ramah terhadap kebhinekaan serta kebangsaan.
“Makin dekatnya tahun politik harus disikapi dengan kewaspadaan dini jika terjadi gesekan horizontal di masyarakat, yang biasanya berawal dari media sosial,” kata Syamsul dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Dia menilai semua pihak, terutama generasi muda Indonesia harus secara aktif melakukan kontra-propaganda melalui berbagai narasi sejuk yang humanis untuk mengimbangi narasi naif dari kaum intoleran dan kelompok radikal yang mempolitisasi agama.
Syamsul menjelaskan bahwa menjadi tanggung jawab bersama untuk membangun keharmonisan hubungan masyarakat dari berbagai golongan.
Ia mengutip kitab karya Habib Ali Al Jufri, al insaniyah kobla tadayyun (kemanusiaan sebelum keberagamaan) yaitu siapapun harus bisa dimuliakan tanpa membeda-bedakan identitasnya
“Sudah sepantasnya praktik politik identitas itu dikritisi oleh anak muda. Karena salah satu bahaya yang akan mengancam bangsa secara signifikan ketika politisasi agama sudah mengakar,” ujarnya
Syamsul yang merupakan Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah periode 2022-2025 itu juga menekankan bahwa menjelang tahun politik, berbagai macam cara pasti akan digunakan untuk memenangi kontestasi, tidak terkecuali politisasi identitas.