Indonesia Terancam Gagal Kelola Utang Luar Negeeri
JAKARTA, Harnasnews – Wakil Rektor II Universitas Paramadina Dr.Handi Risza menilai banyak negara mengalami kegagalan dalam mengelola hutangnya seperti Yunani, Argentina, Venezuela, Ekuador dan Sri Lanka. Padahal beberapa negara di Amerika Latin seperti Venezuela.
Padahal, kata Handi, negara-negara tersebut mempunyai sumber daya minyak bumi yang memadai, tetapi hal tersebut tidak berdampak besar sehingga tetap memiliki hutang.
Handi mengambil contoh kasus lain yang tak kalah mengkhawatirkan, terkait proyek yang selama ini kebanggaan Jokowi, yakni proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung atau Whoosh yang semula dianggarkan 7 miliar USD kemudian membengkak signifikan menjadi 11 miliar USD.
Menurut Handi, jika pemerintah Indonesia tidak hati-hati dan segera melunasi hutang, maka khawatir kasus yang terjadi pada Pelabuhan Hambatota di Srilanka akan terjadi juga di Indonesia. “Kunci utama pengelolaan utang yang patut dicontoh dari Jepang, Korea dan Cina adalah penegakan hukum yang kuat, budaya malu untuk melakukan penyimpangan keuangan negara dan pengendalian fiskal yang ketat terhadap utang” kata Handi dalam dalam diskusi dengan tema “Masalah APBN, Utang dan Tax Rasio Rendah. PR Presiden yang Akan Datang” pada Senin (7/2/2024).
Handi mengungkapkan, selama tujuh tahun terakhir, terhitung sejak 2017 hutang Indonesia memiliki kecenderungan naik secara signifikan. Hingga puncaknya, kenaikan tersebut semakin terlihat dengan jelas kenaikannya pada tahun 2020-2023.
“Pada periode Presiden SBY, mewariskan utang negara kepada Jokowi sebesar Rp2608,7 triliun. Namun kami melihat kurang dari 10 bulan sebelum masa akhir pemerintahan Presiden Jokowi, posisi utang Indonesia telah mencapai angka Rp8,041 triliun atau naik 4 kali lipat dalam 10 tahun terakhir,” tutur Handi.
Handi menilai, beban utang yang ditanggung oleh APBN secara total yang mencakup pokok dan bunga sekitar Rp500 triliun tiap tahun dan hal tersebut sangat membebani APBN.
“Sehingga wajar saja balance budget negara tidak kunjung positif, karena penarikan utang baru sebagian besar digunakan untuk menutupi pembiayaan-pembiayaan utang yang sedang berjalan,” punghksanya.