
Kasus Dugaan Oplosan Pertalite Jadi Pertamax, BPKN RI Bakal Panggil Dirut Pertamina
JAKARTA, Harnasnews – Kejaksaan Agung (Kejagung) berhasil mengungkap kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina, Subholding, dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) pada 2018-2023. Akibat kasus tersebut, negara dirugikan hingga Rp193,7 triliun.
Kejaksaan Agung juga telah menetapkan tujuh orang sebagai tersangka. Yakni terdiri dari empat orang petinggi anak perusahaan PT Pertamina dan tiga lainnya dari pihak swasta.
Adapun modus kejahatan yang dilakukan oleh anak perusahaan PT Pertamina dan swasta itu adalah pengoplosan minyak RON 90 Pertalite menjadi RON 92 Pertamax.
“Jika dugaan oplosan ini benar terbukti, maka hal ini menyebabkan hak konsumen dalam Undang Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) terpinggirkan. Yakni hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan,” ungkap Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional Republik Indonesia (BPKN RI), Mufti Mubarok dalam keterangan tertulisnya, Kamis (27/2/2025).
Dalam hal ini, konsumen dijanjikan RON 92 Pertamax dengan harga yang lebih mahal, malah mendapatkan RON 90 Pertalite yang lebih rendah. Selain itu juga merampas hak konsumen atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.
“Dalam kasus tersebut, konsumen telah memperoleh informasi yang palsu dan menyesatkan karena label RON 92 pertamax yang dibayarkan tetapi ternyata mendaptkan RON 90 Pertalite yang lebih rendah,” ujarnya.
Mufti menambahkan, terhadap kerugian yang dialami konsumen ini, berdasarkan UUPK, konsumen/masyarakat berhak untuk menggugat dan meminta ganti rugi kepada PT. Pertamina melalui mekanisme gugatan yang telah diatur dalam perundang-undangan salah satunya dapat secara bersama-sama (class action) karena mengalami kerugian yang sama.
Bahkan secara undang-undang, pemerintah/instansi terkait pun harus turut serta melakukan gugatan karena kerugian yang besar dan korban yang tidak sedikit.
“Langkap cepat dan konkrit terhadap upaya perlindungan hak konsumen ini akan kami lakukan melalui beberapa cara diantaranya, pertama BPKN akan memanggil Dirut Pertamina untuk meminta klarifikasi terhadap dugaan pengoplosan BBM ini,” ujarnya.
Selanjutnya, BPKN akan segera melakukan uji sampling terhadap Pertamax yang beredar di SPBU.
Lebih lanjut, BPKN bersama Pemerintah (Kementerian ESDM dan BUMN) akan membentuk tim kerja bersama yang melibatkan stakeholder terkait untuk melakukan mitigasi, penyuluhan informasi kepada masyarakat dan aktivasi mekanisme pengaduan konsumen bagi yang mengalami kendala akibat kejadian ini.
Selain itu, pihaknya juga meminta Pertamina melakukan pengecekan SPBU di seluruh Indonesia secara berkala.
“Yang paling utama tentunya BPKN akan mendukung penuh terhadap upaya penegakan hukum oleh Kejaksaan Agung,” katanya.