Tekan Impor, Industri Patin Indonesia Saingi Pasar Global
JAKARTA,Harnasnews.Com – Peluang produk patin Indonesia untuk menguasai pasar global sangat terbuka luas. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya ekspor patin Indonesia ke beberapa negara. Pasalnya pasca penerapan kebijakan proteksi impor patin, geliat industri patin Indonesia menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Pada tahun 2016 produksi patin nasional sebesar 437.111 ton. Meningkat signifikan dari tahun sebelumnya yaitu 339.069 ton. Pada tahun 2018, KKP menargetkan produksi patin sebesar 604.587 ton.
Selain itu, kebutuhan patin di mancanegara menunjukkan trend positif, seperti di Tiongkok. Impor patin di negeri tirai bambu tersebut tumbuh pesat hingga mencapai 34.400 ton per tahun. Angka tersebut disusul oleh Thailand yang mencapai 19.200 ton per tahunnya.
Pada permintaan pasar domestik, angka konsumsi ikan patin per kapita cenderung meningkat tiap tahunnya yakni mencapai 21,9 % terhitung dari tahun 2014 hingga 2017 dengan preferensi produk yang dikonsumsi ikan segar sebanyak 76%, ikan asing diawetkan 15%.
Di Amerika Latin, impor ikan patin juga menunjukkan kenaikan hingga 12,3 persen. Meningkatnya kebutuhan patin di beberapa negara tersebut, merupakan kesadaran masyarakat dalam memenuhi gizi dan protein. Ini juga dapat dijadikan peluang bagi Indonesia, untuk menduniakan patin lokal.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Nilanto Perbowo mengungkapkan bahwa perikanan budidaya merupakan salah satu prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang mampu menggenjot nilai ekonomi masyarakat. Upaya KKP dalam menggarap seluruh potensi perikanan Indonesia, terutama perikanan budidaya, dapat dilihat dari alokasi anggaran. “Pemerintah sangat serius untuk bisa menggarap semua potensi perikanan Indonesia. Khususnya perikanan budidaya. Ibu Menteri tidak pernah meninggalkan perikanan budidaya, karena banyak hal-hal positif yang dilakukan budidaya, demikian banyak dan beragam,” ungkap Nilanto dalam gelaran acara Marine and Fisheries Bussines and Investment Forum di Jakarta.
Terkait dengan hal tersebut, patin lokal memiliki kesempatan besar untuk bersaing di pasar domestik maupun internasional. “Patin harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” lanjutnya.
Saat ini telah tersedia sentra produksi patin di Indonesia. Dalam hal ini KKP terus melakukan pemantauan dan mendorong produksi patin nasional. “Wilayah Sumatera menyumbang 68,07 persen dari produksi nasional, dengan rincian wilayah Sumatera Selatan penyumbang terbesar yakni mencapai 47,23 persen. Hal ini tentunya menunjukkan trend positif seiring dengan permintaan pasar domestik dan internasional,” ungkap Nilanto.
Hal senada juga diungkapkan Vice President Operation Super Indo, Wirawan Winarto. Dalam kesempatan yang sama, Wirawan mengatakan bahwa permintaan pasar ikan patin di perusahaan retail cenderung meningkat. “Ikan patin saat ini menempati posisi ke 3 penjualan dengan angka 107 ton pada 2017. Yang dijual patin fresh yang masih hidup. Ada satu produk baru, patin fillet. Melejit semakin besar sampai saat ini,” tuturnya.
Lebih jauh Wirawan menambahkan, pihaknya akan membuka peluang besar bagi para pembudidaya patin, untuk menyuplai produk perikanan. “Bagaimana caranya jadi supplier, sertifikat CBIB, kualitas bagus, dan harganya bersaing. Harapan kami adanya konsistensi dalam proses sertifikasi dalam budidaya ikan. Sehingga dapat mengelola budidaya ikan dengan baik,” jelasnya.
Untuk menggulirkan usaha patin menjadi sebuah industri yang stabil dan berkesinambungan, maka diperlukan sebuah kepastian rantai pasar dan pasokan. Nilanto menjelaskan, saat ini KKP telah melakukan sejumlah upaya untuk menggerakkan industri patin dari hulu ke hilir. “Yakni dengan cara memberikan bantuan benih, program pakan mandiri, penyediaan induk patin unggul nasional yaitu patin jambal dan patin pasupati (Patin Super Harapan Pertiwi) yang telah dirilis dengan Kepmen KP No.25/2006 serta penyusunan SNI Fillet Patin,” ungkapnya.
Pada gelaran acara Marine and Fisheries Business and Investment Forum yang bertajuk “Industri Patin : Peluang dan Tantangan” tersebut, juga dilakukan peluncuran program SMART-Fish Indonesia Program. SMART-Fish merupakan mobile application untuk perluasan informasi tentang budidaya patin yang baik, yang dapat memenuhi standar kesehatan dan keamanan pangan, serta merumuskan branding patin. Aplikasi tersebut merupakan hasil kerjasama antara United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang didanai oleh Pemerintah Swiss (SECO). Aplikasi ini dibuat untuk membantu pembudidaya patin dan rumput laut dalam meningkatkan produksi dan mutu, sehingga hasil panen yang diperoleh lebih menguntungkan.
Selain itu, juga dilakukan penandatanganan kerja sama antara Super Indo dengan Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan. Kerja sama ini dilakukan untuk mendukung berbagai kegiatan yang dijalankan oleh kedua belah pihak dalam rangka peningkatan konsumsi ikan.
Tak hanya itu, pemerintah juga memfasilitasi pembiayaan berupa dukungan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam usaha komoditas patin. Dalam acara tersebut, juga dilakukan penyerahan bantuan berupa kredit Bank Jatim kepada Pembudidaya Patin, kredit Dagulir Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang bekerja sama dengan Bank Jatim kepada 22 debitur dari 14 kelompok pembudidaya ikan patin di Kabuoaten Tulungagung, Jawa Timur, sebesar Rp 7 miliar.(Red/Ed)