Kunjungan Kerja Ke Bengkulu, Presiden Jokowi Tinjau Perkampungan Nelayan
BENGKULU,Harnasnews.com – Dalam rangkaian kunjungan kerja ke Provinsi Bengkulu, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dengan didampingi Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meninjau penataan kawasan Kampung Nelayan Sumber Jaya, Kampung Melayu, Kota Bengkulu, Jum’at (15/2). Dalam kegiatan tersebut turut serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Kedatangan rombongan disambut oleh Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah dan Walikota Bengkulu Helmi Hasan.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden beserta rombongan menyusuri perkampungan, singgah di beberapa rumah, dan menyapa warga sekitar. Selanjutnya rombongan mengunjungi dermaga tempat bersandarnya kapal-kapal nelayan. Dermaga tersebut tampak bersih dan rapi.
Presiden Joko Widodo menyebutkan, peninjauan tersebut dilakukan untuk memastikan penataan permukiman nelayan yang tinggal di pesisir pantai berjalan sebagaimana mestinya.
“Ini penataan kampung nelayan yang sudah 3 tahun kita kerjakan. Tidak hanya di Bengkulu, tetapi juga ada di Tegal, Jawa Tengah dan Pontianak. Kurang lebih hasilnya seperti ini,” ungkap Presiden.
Progress penataan perkampungan nelayan ini masih sekitar 20 persen. Untuk itu, pemerintah terus mendorong penerbitan sertifikat dan merampungkan pembangunan fasilitas umum dan rumah-rumah nelayan. “Setelah dimulai penataan, rumah-rumah lebih tertata bersih. Nelayan jadi (kapalnya) bisa bersandar,” lanjut presiden.
Selanjutnya, Presiden menginginkan agar Kampung Nelayan Sumber Jaya ini dapat menjadi ‘prototype’ (percotohan) bagi kampung-kampung nelayan lainnya.
Sebagai informasi, Kampung Nelayan Sumber Jaya ini dibangun di lahan seluas 12 hektare dan menampung 800 kepala keluarga (KK). Penataan kampung nelayan ini bertujuan untuk menjadikannya lebih ramah dan layak huni serta dapat dijadikan sebagai daerah destinasi wisata.
Tak hanya penataan Kampung Nelayan Sumber Jaya, Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah juga mengusulkan agar kawasan Pulau Bai dijadikan kawasan industri kelautan guna mendorong pembangunan ekonomi kelautan masyarakat sekitar.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Menteri Susi juga menyempatkan diri menyapa dan berbincang dengan nelayan sekitar. Adalah Fajri Sinaga dan Rusdalifah, sepasang suami istri nelayan yang baru saja pulang menangkap ikan. Menteri Susi menghampiri keduanya dan membeli cumi-cumi hasil tangkapannya.
“Kita bilang harganya Rp150.000, tapi Ibu Susi kasih Rp300.000. Lumayanlah, bisa beli beras 3 hari,” ungkap Fajri sumringah.
Menurut Fajri, selain menangkap cumi-cumi, dirinya juga biasa menangkap ikan yang disebut oleh warga sekitar sebagai ikan gole-gole dan pinang-pinang.
Terakhir, Menteri Susi mengimbau masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan tidak menggunakan alat tangkap yang merusak. Terkait dengan masih maraknya penggunaan alat tangkap merusak jenis trawl, Menteri Susi menyebutkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan segera menyelesaikannya. “Saya akan segera bereskan,” tegasnya.(Red/Ed)