MAKASSAR, Harnasnews.com – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa bumi berpontesi tsunami pada Jumat (12/4) malam pukul 18.40 WITA berkekuatan 6,9 magnitudo mengguncang wilayah Kabupaten Morowali, Morowali Utara, dan Kepulauan Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah, dipicu sesar aktif di Teluk Tolo.
“Episenter terletak pada koordinat 1,89 LS dan 122,57 BT tepatnya di Teluk Tolo, pada jarak 82 kilometer arah baratdaya Kepulauan Banggai, Sulteng, dengan kedalaman 17 kilometer,” sebut Kepala Bidang informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, melalui siaran persnya, Sabtu.
Selanjutnya, setelah dilakukan pemutakhiran, magnitudo gempa berubah turun menjadi magnitudo 6,8 magnitudo. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini berpotensi tsunami, sehingga, BMKG dalam waktu kurang dari 5 menit setelah terjadi gempa segera mengeluarkan peringatan dini tsunami dengan status ancaman waspada dengan estimasi tinggi tsunami kurang dari 50 centimeter.
Setelah dilakukan pemutakhiran magnitudo dan melakukan monitoring terhadap muka air laut melalui pengamatan tide gauge di lokasi Kendari (Sulawesi Tenggara) dan Taliabu (Maluku Utara), menunjukkan tidak ada kenaikan muka air laut yang signifikan.
Berdasarkan pengecekan kondisi lapangan oleh BMKG dan BPBD setempat, kata dia, tidak ada laporan adanya air surut maupun terjadinya tsunami. Atas dasar beberapa hal tersebut, maka BMKG pada pukul 19.47 WIB (20.47 WITA) menyatakan bahwa Peringatan Dini Tsunami berakhir.
Sesar Aktif
Daryono menjelaskan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif.
Ada dugaan bahwa struktur sesar yang menjadi pembangkit gempa ini adalah Sesar Peleng yang jalurnya berarah baratdaya-timutlaut di Pulau Peleng dan menerus ke Teluk Tolo.
Sesar Peleng merupakan sesar aktif yang memiliki laju sesar sebesar 1,0 milimeter per tahun dan magnitudo maksimum yang mencapai 6,9 magnitudo.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan mendatar (strike slip).
Dugaan ini, lanjutnya, didasarakan pada alasan bahwa lokasi episenter terletak pada kelurusan Sesar Peleng yang menerus ke laut dan sumber gempa ini memiliki mekanisme pergerakan mendatar menganan (dextral).