JAKARTA, Harnasnews.com – Sebagai partai yang memiliki basis massa yang kuat, keberadaan Golkar tidak bisa dipandang sebelah mata. Selama 32 tahun menjadi partai yang tumbuh dengan segala dinamikanya, namun sayangnya partai berlambang pohoon beringin itu kini tengah mengalami krisis kepemimpinan.
Padahal, Partai Golkar memiliki historis yang luar biasa. Dimana, ada kepemimpinan terbaik dan kepemimpinan terburuk dalam sejarah partai pasca reformasi.
“Pertama adalah kepemimpinan terbaiknya adalah pasca reformasi 98, partai Golkar yang pada saat itu dihujat habis-habisan, diketuai oleh seorang mantan aktivis 66, yaitu bang Akbar Tandjung mampu masuk dalam tiga besar perolehan suara terbanyak di parlement, dan saat itu juga dimulainya pemilu dengan banyaknya partai peserta pemilu. Ini catatan terbaik sejarah partai Golkar, dan bang Akbar pun menjadi ketua DPR saat itu,” kata Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute Iskandarsyah dalam keterangan tertulisnya, Senin (9/9).
“Kedua adalah kepemimpinan terburuk, kalau bicara ini saya katakan kepemimpinan mas Airlangga adalah kepemimpinan terburuk yang pernah partai Golkar punya, harus diakui itu, karena saya melihat ini semua dari luar,” ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, menurutnya Refrensi kegagalan ini bukan cuma harus dipertanggung jawabkan kepada semua kader partai Golkar, tapi juga kepada semua simpatisan dan juga rakyat Indonesia, karena tagline nya partai Golkar itu ‘Suara Golkar Suara Rakyat”.
“Jadi harusnya pemimpin yang gagal bersedia mundur dan mau mengakui kegagalannya, bukan malah melakukan intimidasi-intimidasi internal partainya sendiri, dan itu semua terlihat jelas ke semua publik,” tutur Iskandar.
Lebih lanjut, Kekisruhan didalam partai Golkar semakin hari semakin menjadi. Partai berlambang pohon beringin saat ini sedang dihadapkan masalah konflik internal.
Iskandar menjelaskan,Partai Golkar sedang menghadapi dilema konflik internal yang kalau dibiarkan bisa berbahaya, apalagi pelaksanaan Munas pun tak kunjung jelas pelaksanaannya.