MALANG RAYA,Harnasnews.com – Desa Ngantru Berasal dari bahasa jawa yang awalnya dari kata Antru yang artinya menunggu atau tempat untuk beristirahat.
Menurut sesepuh atau tetua desa, ada cerita turun temurun mengenai asal usul dari Desa Ngantru ini.(10\3\2020)
Ada berbagia versi cerita mengenai asal usul dari nama Desa Ngantru , tapi yang sudah diyakini sebagaian besar masyarakat / warga Ngantru adalah bahwa orang yang pertama kali tinggal atau babat alas di Ngantru adalah seorang punggawa dari kerajaan Mataram yang bernama KI DEMANG RADI KUPO.
Singkat cerita wilayah Desa Ngantru dulu nya adalah hutan belantara yang berada dilereng gunung Amping ( Utara Gunung Kelud ). Karena masih berupa hutan belantara belum pernah ada manusia yang tinggal disana kecuali para binatang binatang yang menjadi penghuninya. Hutan ini juga menyimpan cukup banyak sumber air yang memungkinkan untuk dijadikan tempat tinggal tidak hanya bagi para binatang tapi juga mahluk lain dalam hal ini adalah manusia.
Ada yang menyebutkan bahwa dihutan ini sempat dijuluki sebagai suatu wilayah yang menurut orang jawa dikatakan JALMO MORO JALMO MATI atau tiap manusia yang datang pasti akan mati karena banyak nya binatang buas yang tinggal disana, Sekitar abad ke 17 datanglah seorang punggawa dari kerajaan Mataram , yang bernama KI DEMANG RADI KUPO,yang ditemani oleh beberapa pengikutnya / pengawal, seperti yang diceritakan beliau adalah KI RAJEK WESI,KI JOKO UNTUNG,KI JALIJARANG,KI TEDJO SADEWO,KI JENGGOT SAMBER NYOWO,KI SUNAN MULIONO,dan KI KARTUBI
Menurut cerita rombongan dari kerajaan Mataram ini sempat singgah dahulu / ngebruk dulu disebuah tempat yang sekarang bernama BRUKAN. Brukan sendiri berada di perbatasan wilayah Desa Ngantru dengan Desa Banturejo.
Entah karena terpesona dengan panorama alamnya atau karena melihat ada potensi sumber kehidupan berupa tanah yang subur dan tersedianya sumber mata air yang ada diwilayah hutan tersebut , sehingga KI DEMANG RADI KUPO memerintahkan para pengikutnya untuk membuka lahan atau babat alas menurut istilah orang jawa agar tempat tersebut bisa dihuni oleh manusia maupun digunakan untuk bercocok tanam. Akhirnya beliau berikut kerabat dan juga pengikutnya disebut sebagai bedah kerawang desa ngantru atau orang yang pertama kali tinggal di Desa Ngantru.
Sampai beliau wafat kemudian tampuk kepimpinan di pegang oleh KI RAJEK WESI , tapi pada waktu itu belum tertata system pemerintahan seperti saat ini .Baru setelah sampai pada sosok pemimpin yang bernama YONG DARINAH ,beliau lah yang mengawali adanya system pemerintahan di wilayah tersebut dan akhirnya diberi nama NGANTRU yang berasal dari kata ANTRU yang artinya menunggu , namun tidak ada keterangan yang pasti dengan apa yang disebut dengan istilah menunggu. Setelah YONG DARINAH wafat kemudian posisi kepemimpinan di Ngantru diisi dan dilanjutkan oleh tokoh – tokoh lain sampai saat ini, Desa Ngantru bisa dikenal oleh banyak orang baik yang dari wilayah Kecamatan Ngantang maupun dari wilayah luar kecamatan Ngantang dan Kabupaten Malang.
Berikut ini adalah susunan Kepala Desa Ngantru dari awal sampai sekarang
” MBAH YUNG DARINAH TAHUN 1775 – 1819
” MBAH KIMAN TAHUN 1819 – 1864
” MBAH PAIJAH TAHUN 1864 – 1869
” MBAH SASTRO SAJIDIN TAHUN 1869 – 1894
” MBAH ALIN TAHUN 1894 – 1930
” MBAH SUMOARJO TAHUN 1930 – 1941
” MBAH TOMOARJO TAHUN 1941 – 1969
” BPK. JAMIN TAHUN 1969 – 1971
” BPK.DARMAN TAHUN 1971 – 1973
” MBAH MISROYO HARTOYO TAHUN 1973 – 1990
” BPK.GUNITO UTOMO TAHUN 1990 – 1995
” BPK.WAHYU WIDAYAT TAHUN 1995 – 2013
” BPK. SOLIKIN TAHUN 2013 – sekarang
Untuk menghormati jasa dari para pendahulu atau leluhur yang sudah bedah kerawang desa Ngantru maka setiap tahun masyarakat Ngantru mengadakan acara ritual berupa SELAMATAN DESA yang diadakan setiap hari selasa kliwon setelah panen padi.
Dalam kegiatan selamatan desa tersebut ada beberapa hal yang harus dilakukan seperti penyembelihan ayam cemani / ayam hitam , penyembelihan kerbau yang dagingnya akan dibagikan kepada seluruh warga untuk dijadikan lauk pauk untuk acara kenduren atau selamatan dibalai desa dan dibeberapa tempat yang dikeramatkan oleh warga ( dekat sumber air ) dan pada puncaknya akan ditutup dengan hiburan khas orang jawa yaitu kesenian langen beksan atau Tayub.( Joko)