JAKARTA, Harnasnews.com – Program Organisasi Penggerak (POP) di bidang pendidikan dinilai sebagai bentuk kebijakan teknokratik dan birokratik yang melukai hati rakyat. Di mana pada gilirannya menuai kecaman dan diminta dihentikan.
Direktur eksekutif Center of Public Policy Studies (CPPS) Bambang Istianto mengungkapkan, meski Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah mengklarifikasi dan minta maaf kepada masyarakat namun kebijakan tersebut terlanjur memicu kegaduhan di tengah publik.
“Kebijakan tersebut dinilai tidak saja dari segi konten bersifat diskriminatif, tapi juga tidak transparan dan a historis,” ujar Bambang dalam keterangan tertulisnya yang diterima redaksi Kamis (30/7/2020).
Karena itu, lanjut Bambang, jangan disalahkan jika reaksi publik sangat keras kepada Kemendikbud yang mengeluarkan kebijakan kurang dikomunikasikan dengan masyarakat secara cerdas. Demikian pula keheranan publik mencuat ketika POP lebih dipercayakan kepada yayasan Tanoto Foudation dan Putera Sampurna.
Bambang menilai, berbagai kalangan ahli pendidikan secara reflektif menduga arah pendidikan akan diarahkan pada kiblat Amerika sentris yang sekuralistik dan materialisti. Masyarakat Indonesia selama ini mencemaskan dunia pendidikan yang cenderung memperkuat otak atau orientasi hanya menggenjot intelektualitas tapi menihilkan moralitas dan etika anak didik.
“Kisruhnya POP mencerminkan pemerintah terkesan melupakan jasa organisasi masyarakat sebesar NU dan Muhamadiyah serta PGRI yang selama ini diberi atau tidak alokasi anggaran tetap konsisten menyelenggarakan pendidikan,” ujar wakil ketua Asosiasi Ilmuwan Administrasi Negara ini.
Bambang mengungkapkan, dua organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut dengan ciri dan karakterisitik kurikulumnya terus berupaya up date telah meletakan dasar moralitas anak bangsa. Disamping itu “gagasan merdeka belajar” sebagai bagian dari kebijakan POP yang belum jelas ujung berungnya dipersepsikan menambah beban baru masyarakat dan para orang tua seperti gagasan pendahulunya yaitu “kelinci percobaan” kurikulum.