BPPT Genjot Pendayagunaan Inovasi Teknologi Untuk Pemulihan Ekonomi
JAKARTA,Harnasnews.com – Negara maju selalu dikaitkan dengan inovasi dan teknologi yang berkembang pesat. Kedua hal ini lah yang tengah digenjot Indonesia sebagai negara berkembang agar dapat bersaing di kancah global. Untuk mewujudkannya, peran Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sangat dibutuhkan.
Sebagai lembaga pengkajian dan penerapan (jirap), BPPT bertugas untuk menghasilkan inovasi. Hal itu pula yang tertuang pada UU Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek) yang kemudian dikuatkan oleh UU Cipta Kerja.
Tidak seperti lembaga litbang, BPPT tidak melakukan riset dasar, tapi sebagai lembaga jirap BPPT melakukan kegiatan kerekayasaan untuk menciptakan inovasi yang dibutuhkan pemerintah, industri, dan masyarakat.
“Contoh misalnya yang sekarang sedang kita bangun adalah Buoy untuk deteksi tsunami. BPPT tidak berhenti hanya menentukan bahwa kita perlu Buoy, tapi kita melaksanakan tahapan inovasinya melalui pengkajian yaitu terdiri atas perekayasaan engineering design, sampai kepada proses kita audit technology dan clearing technology. Artinya clearing technology itu mencari teknologi yang tepat untuk mewujudkan mimpi kita memiliki alat Buoy produksi Indonesia sendiri,” papar Kepala BPPT Hammam Riza beberapa waktu lalu.
Dalam Rakernas BPPT 2021, Presiden Joko Widodo menyebutkan BPPT harus menjadi otak pemulihan ekonomi. Hammam berujar untuk memenuhi ekspektasi itu, ia mengedepankan 8 bidang teknologi dan berupaya meningkatkan produk dalam negeri.
“Jadi apa pun yang dipakai dalam proyek-proyek strategis nasional, itu semua harus dibangun dengan kemampuan bangsa kita sendiri. Oleh karenanya kita fokus dalam delapan bidang teknologi yang kami jadikan sebagai prioritas. Dan hasilnya tidak boleh yang kecil-kecil, harus merupakan sesuatu yang besar,” ucapnya.
Di bidang pertahanan dan keamanan, misalnya, drone Elang Hitam yang dimiliki Indonesia dinilai menjadi suatu kekuatan besar. Hal itu menunjukkan kemajuan bangsa Indonesia karena tidak semua negara mampu membuat drone kombatan untuk perang seperti Elang Hitam.
“Jadi kami berperan untuk mengkaji terap teknologi yang bersifat besar, yang menunjukkan bahwa BPPT ini mempunyai sumber daya manusia yang betul-betul mumpuni di bidang-bidang teknologi yang selama ini bergantung pada impor,” ujarnya.
Berbicara soal produk impor, Hammam memiliki keinginan untuk membebaskan Indonesia dari ketergantungan produk luar negeri. Ia ingin membuat Indonesia menjadi negara yang berdaya saing. Adapun cara melawan supremasi impor, imbuhnya, bisa dimulai dengan menghasilkan produk dalam negeri yang tak kalah berkualitas.