Dijelaskan LaNyalla, ada beberapa sektor yang bisa menjadi andalan untuk masuk ke Kamboja. Seperti sistem perkeretaapian dan pemenuhan kebutuhan gerbong kereta, pembangunan pembangkit listrik apung, kebutuhan kapal tunda (tugboat), dan proyek infrastruktur di Kamboja.
“Ini menjadi angin segar bagi BUMN dan swasta yang bergerak di bidang tersebut. Mereka harus dapat bekerja secara profesional dan dapat membawa nama baik Indonesia, agar langkah ke depan menjadi lebih mudah bagi Indonesia dalam berinvestasi ke negara lainnya,” ujar alumnus Universitas Brawijaya Malang itu.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari seluruh perwakilan RI di luar negeri, di tahun 2020 nilai investasi BUMN di seluruh dunia (outbond) mencapai US$ 17,5 miliar.
La Nyalla meminta BUMN untuk terus mandiri mencari cara menaikkan investasi di mancanegara serta turut memperbesar pasar ekspor nasional.
“Perkuat lagi kerja sama antara Kementerian BUMN dan Kementerian Luar Negeri agar diplomasi ekonomi lebih kuat sehingga BUMN lebih ekspansif ke luar negeri lewat investasi-investasi di sektor strategis. Dorong lagi performa ekspor Indonesia dan perlunya menggaet investor asing agar berinvestasi ke Indonesia di berbagai sektor yang diminati,” pungkasnya.(***)