Pada bagian lain, Guru Besar ISI Denpasar ini menyebut, sejauh ini potensi wisata bahari belum digarap dengan maksimal. Jika tak tekendala pandemi, Pemprov Bali sejatinya telah menyiapkan skenario pengembangan wisata bahari.
Agar pengembangannya lebih terarah, Pemprov Bali telah merampungkan Perda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Tahun 2020-2040 yang sudah disetujui dewan dan kini menunggu verifikasi Kemendagri.
Dengan adanya Perda ini, Pemprov akan punya kewenangan untuk mengelola kawasan pesisir. “Salah satu program yang sebenarnya sudah dirancang adalah trip keliling Bali melalui jalur laut, saya kira ini akan menjadi potensi usaha yang bagus sekaligus mengoptimalkan pengembangan potensi wisata bahari kita,” ujarnya.
Hanya saja, program tersebut saat ini masih terhambat pandemi Covid-19.
Kendati demikian, Cok Ace berharap agar pelaku usaha wisata bahari tak patah semangat. Dalam pengamatannya, daya tarik wisata alam sangat potensial dikembangkan di tengah pandemi.
“Seperti yang kita ketahui, daya tarik budaya seperti pagelaran kesenian dan prosesi upacara seperti ngaben agak kontradiktif dengan protokol kesehatan karena umumnya bersifat kolektif, susah jaga jarak.
Untuk tarian, memang sudah disiasati dengan penggunaan masker pada tari kecak dan face shield pada tari pendet, namun itu agak mengganggu estetika tarian,” urainya.
Dalam situasi ini, menurutnya daya tarik wisata alam , salah satunya bahari bisa jadi menjadi alternatif dan memiliki daya jual. Terkait dengan kunjungan wisatawan khususnya manca negara, Cok Ace meminta pelaku usaha untuk bersabar.
Selain terkait regulasi dalam negeri, sejumlah negara yang menjadi pasar pariwisata Bali juga masih memberlakukan lockdown. “Yang jelas, pemerintah tak tinggal diam.
Kami terus berupaya mengendalikan penyebaran Covid-19 dan mengatasi kontraksi ekonomi agar tak makin dalam,” ucapnya. Untuk itu, ia mengharapkan dukungan dari seluruh elemen masyarakat agar benar-benar disiplin mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Menurutnya langkah ini sangat penting untuk membangun kepercayaan wisatawan.
Sementara itu, Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adnyana menyampaikan bahwa tingkat kunjungan wisatawan domestik masih jauh dari harapan. Tingkat kunjungan wisatawan domestik yang secara resmi dibuka mulai 31 Juli 2020 lalu tenyata belum menunjukkan angka yang signifikan.
Menurutnya hal ini disebabkan masih belum tumbuhnya kepercayaan wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Dewata. “Mereka masih khawatir tertular Covid-19.
Kalaupun ke Bali, kelompok middle up dari beberapa daerah khususnya Jakarta lebih mamilih menyewa atau membeli villa dan mereka tidak kemana-mana,” ucapnya.
Mencermati situasi tersebut, pria yang akrab disapa Gus Agung ini mengajak masyarakat mematuhi anjuran pemerintah untuk disiplin menerapkan prokes pencegahan Covid-19.
Dalam sesi diskusi, pelaku usaha wisata bahari Iwan JP Syahlani menyampaikan bahwa ia menghadapi tantangan yang sangat berat di tengah pandemi. Bila situasi ini masih berlangsung hingga 3 bulan ke depan, ia yakin banyak pelaku usaha yang gulung tikar.
Koordinator Presidium KAHMI Bali Umar Ibnu Alkhatab dalam sambutan singkatnya menyampaikan terima kasih atas kesediaan Wagub Cok Ace hadir dalam acara yang sangat sederhana ini.
Menurut Umar, kegiatan ini merupakan bentuk inisiatif KAHMI Bali dalam mencari solusi dari persoalan yang dihadapi pelaku usaha wisata bahari di tengah pandemi Covid-19.(VIDI)