JAKARTA, Harnasnews.com – Turunnya perolehan suara dan kursi Partai Golkar di DPR Pusat dalam Pemilu Legislatif 2019 memunculkan wacana mempercepat Musyawarah Nasional (Munas) untuk mengganti kepemimpinan Airlangga Hartarto di pucuk pimpinan partai berlambang pohon beringin.
Salah satu inisator dilakukannya percepatan Munas datang dari kader muda Partai Golkar yang tergabung dalam Barisan Pemuda Partai Golkar (BPPG). Bahkan, mereka telah mengajukan nama Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) sebagai ketua umum berikutnya, sebagai respons atas pencapaian Pemilu 2019 yang merupakan titik terendah bagi Golkar.
Menyikapi dinamika yang tengah berkembang di tubuh partai yang perbah berjaya di era orde baru itu, pengamat politik universitas Mercu Buana, Syaifuddin mengungkapkan pascareformasi, Partai Gokar tengah mengalami krisis internal, karena pada beberapa kader yang dinilai cukup kredibel termasuk di era kepemimpinan Aburizal Bakrie tidak mampu mengendalikan friksi yang ada di dalam partai. Hal tersebut, kata dia, yang menjadikan partai Golkar saat ini menjadi keropos.
“Sampai di masa kepemimpinan Airlangga Hartarto, sebetulnya ada friksi itu masih kuat. Dari kalangan Ormas, seperti dari underbow Partai Golkar juga ikut andil dalam memperkeruh suasana. Bahkan menuding ada sisi kegagalan partai di bawah kepemimpinan Airlangga. Sehingga muncul adanya Munaslub dan segala macam,” ujar Syaifuddin kepada wartawan, Minggu (16/6) malam.
Tapi di sisi lain, lanjut Syaifuddin, Munaslub itu pun sebagai isu nasional yang akan berdampak negatif bagi partai itu sendiri. Seharusnya para kader muda tidak menjadikan isu tersebut muncul di ruang publik.
“Karena publik akan menilai bawa internal partai tengah terjadi perpecahan atau friksi yang ada di dalamnya. Boleh berbeda cara berfikir dan memiliki keinginan untuk menjadi orang nomor satu di Golkar, tapi harus melakukan penetrasi dulu terhadap kepengurusan yang ada sekarang. Jangan menjadikan underbow alat untuk meraih puncak kepemimpinan. Karena akan berdampak negatif bagi Partai Golkar itu sendiri,” ucap pria yang bergelar Doktor bidang kebijakan politik ini.
Dengan perolehan suara Golkar pada urutan ke tiga di tingkat nasional, lanjut Syaifuddin, seharusnya elit partai melakukan evaluasi. Perolehan suara tersebut tidak serta merta diraih dengan mudah, tentunya ada kerja sama antar kader partai.
“Kami menilai Partai Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto cukup sukses membawa Golkar untuk bergabung dengan koalisi pemerintahan dengan solid. Karena, semenjak reformasi partai tersebut tidak pernah tertib di internal. Tapi kali ini cukup kondusif,” kata Syaifuddin.