JAKARTA, Harnasnews – Sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah nasib yang dialami ZP mantan pegawai Kementerian Koperasi dan UMM. Bukan hanya kehilangan pekerjaan, ia pun harus menanggung beban psikologis akibat fitnah dan penggiringan opini dan berita bohong dari media.
ZP menceritakan awal kejadian bahwa dirinya dituding sebagai salah satu pelaku pemerkosa pegawai honorer di Kemenkop UKM yang pada akhirnya ia dipaksa untuk menikahinya.
Menurut ZP, pada tanggal 5 Desember 2019 sekira pukul 23.30, setelah selesai menjalankan tugas rapat di salah satu hotel Bogor, ia diajak rekan kerja untuk pergi ke suatu tempat hiburan. Pada waktu itu ZP mengaku tidak mengetahui persis tujuan mau kemana dan tempat yang akan dituju.
Di tengah perjalanan berdasarkan usulan rekan pria lain akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke suatu tempat hiburan café/karaoke.
“Kami yang pergi mencari tempat hiburan berjumlah total delapan orang yang terdiri dari tujuh orang pria dan satu orang wanita (NDN). Saya bersama laki-laki lainnya semua bekerja di dalam instansi yang sama. Sebelum sampai ke tempat tujuan dimaksud, terlebih dahulu kami makan di restoran yang kira-kira berjarak 100 meter,” ujar beber ZP kepada Harnasnws, Selasa (7/2/2023).
Selanjutnya, pada tanggal 6 Desember 2019 sekira pukul 04.00, kedelapan orang tersebut kembali pulang ke hotel. Sesampainya di hotel ia menuju suatu kamar. ZP mengaku bahwa keadaan dirinya pada saat itu sedang mengantuk dan badan sangat lelah sehingga setibanya di kamar langsung tertidur, tidak tau aktivitas siapa saja di kamar. Termasuk apapun yang dilakukan oleh temannya.
Tidak lama setelah tertidur, ZP terbangun karena ada suara rekan pria yang masuk ke dalam kamar, dan selanjutnya ZP pergi keluar menuju kamar sendiri sendiri. “Pada pagi harinya sekitar Pukul 09.00 kami sarapan dan kembali rapat dengan keadaan biasa-biasa saja, saling bertegur sapa antara rekan, baik yang wanita maupun pria dan tidak ada hal yang berubah atau mencurigakan,” ungkap ZP.
Hari-hari berikutnya di tempat kerja pun semua keadaan biasa-biasa saja ia masih bercengkrama bertegur sapa satu sama lain seperti biasa tidak terkecuali dengan NDN.
Kemudian, pada tanggal 20 Desember 2019, WL dan RAI (orang tua dan Kakak NDN) melaporkan dirinya kepada Kepala Biro Umum Kemenkop. Selain itu juga ZP mengaku akan dilaporkan dilaporkan ke pihak kepolisian atas tuduhan pelaku pemerkosaan.
“Lalu saya diajak untuk ke rumah NDN untuk meminta maaf, rencana kami 7 orang tapi 1 orang tidak ikut dan yang 2 orang tiba-tiba menghilang tidak ikut masuk ke dalam rumah NDN, saya sebenarnya tidak mau ikut meminta maaf karena merasa tidak melakukan tindakan asusila. Namun, karena bujukan rekan lainnya yang mengatakan hal ini agar tidak timbul keributan dan sebagai sarana klarifikasi. Akhirnya saya pun ikut saja untuk datang kerumah NDN,” bebernya.
Namun, kedatangan ZP bersama kawannya itu diluar ekspektasi. Bahkan ia bersama temannya tidak diberikan kesempatan berbicara, hanya cacian yang keluar dari ibu dan kakak ipar NDN. ZP pun tidak ada kesempatan untuk mengatakan bahwa tidak terlibat dalam peristiwa asusila. “Saya hanya terdiam saja karena saya menghormati ibunya, dan memakluminya karena mungkin Ibu NDN tidak mengetahui perilaku anaknya sendiri dan tidak mengetahui bagaimana kelakuan anaknya saat di luar rumah. Belakangan kedatangan Saya itu pun justru dijadikan dalih bahwa saya juga terlibat dalam perbuatan asusila yang dituduhkan,” ujarnya.
Kemudian pada tanggal 13 Februari 2020 ZP dijemput oleh pihak kepolisian dibawa ke Polresta Bogor Kota. Pada saat di Polres Bogor ZP menyampaikan dan menyatakan bahwa dirinya tidak ikut melakukan perbuatan asusila yang dituduhkan. Namun, ia tidak pernah bisa membela diri atas tudingan perbuatan asusila dengan NDN. Sedangkan hal NDN sendiri dalam chattingannya melalui Whatsapp mengaku bahwa ZP tidak ikut berbuat asusila dengannya.
Selanjutnya pada 14 Februari 2020 ZP menjadi tahanan sementara Polresta Bogor Kota selama 21 hari. Setelah 3 minggu ditahan, orang tua NDN mendatangi dirinya di Polresta Bogor dan menawarkan kepada ZP agar menikah dengan NDN. “Kemudian saya jawab ya, karena waktu itu tidak memungkinkan saya sampai mengatakan tidak atau menanyakan mengapa harus nikah dengan NDN,” tuturnya.