Anggota DPR Minta Bulog Perkuat Penyerapan Gabah dari Petani
“Saya usulkan salah satu strategi yang mesti dilakukan pemerintah adalah kebijakan HET (Harga Eceran Tertinggi) diganti dengan pola harga dasar, dengan membuat harga dasar pembelian di tingkat petani sehingga ada standar harga yang menguntungkan petani,” urai Johan, dilansir dari antara.
Sebagaimana diwartakan, penyerapan gabah hasil panen petani yang dilakukan oleh Perum Bulog terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sejak 2016 hingga saat ini, kata Direktur Supply Chain Perum Bulog Mokhamad Suyamto.
Suyamto dalam webinar mengenai cadangan pangan yang diselenggarakan oleh Pataka di Jakarta, Rabu (18/8), mengungkapkan penyerapan gabah petani pada tahun 2016 sebesar 3,2 juta ton; 2017 2,7 juta ton; 2018 1,9 juta ton; 2019 1,1 juta ton; 2020 1,6 juta ton; dan 2021 sebanyak 559 ribu ton.
Menurut Suyamto, penurunan penyerapan gabah petani oleh Perm Bulog ini dikarenakan perseroan menyesuaikan dengan stok yang ada dan rencana penyaluran beras yang merupakan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
“Di satu sisi kita harus menjaga stok, di sisi lain harus menyerap, di sisi lain penyalurannya terbatas. Ini mengakibatkan penyerapan kita tidak maksimal. Pengadaan menurun dari tahun ke tahun,” katanya.
Perum Bulog sebagai BUMN memiliki tugas untuk menstabilkan harga gabah atau beras di tingkat produsen dengan cara menyerap hasil panen petani agar tidak jatuh karena pasokan yang melimpah. Gabah atau beras tersebut akan disimpan sebagai CBP, yang artinya tidak untuk dijual secara komersial oleh Bulog.
Beras CBP merupakan beras pemerintah yang penggunaannya harus atas persetujuan pemerintah seperti bantuan sosial seperti Beras PPKM, rastra, untuk kebencanaan, dan juga untuk operasi pasar guna menstabilkan harga beras di pasaran. Sesuai ketentuannya, Bulog diwajibkan untuk menjaga stok CBP di kisaran 1 – 1,5 juta ton untuk memastikan ketahanan pangan.(qq)