Bangun Sinergi Bagi Kesejahteraan Perempuan Dan Anak Di Papua
Nabire, Papua Harnasnews.Com – Tanah itu ibu, laut dan hutan adalah susu ibu yang menghidupi bumi Papua.” Begitulah ungkapan masyarakat Papua untuk menggambarkan sosok perempuan yang dianggap istimewa dalam kehidupan sosial karena mereka adalah sumber kehidupan bagi masyarakat. Namun demikian, sejumlah fakta menunjukkan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak terhadap berbagai bentuk kekerasan di Papua perlu ditingkatkan.
“Otonomi khusus untuk Provinsi Papua (UU No 21 Tahun 2001) dan Provinsi Papua Barat (UU No 35 Tahun 2008) memberikan perhatian khusus pada tiga hal, yakni masyarakat adat, agama, dan perempuan. UU tersebut juga mengamanatkan pada keberpihakan, perlindungan, dan pemberdayaan orang asli Papua. Hal ini menjadi penting sebagai landasan pemerintah dan seluruh stakeholder untuk mengupayakan peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak di Papua,” ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise dalam acara Temu Dengar Pendapat tentang Perempuan dan Anak dengan Tokoh Adat Papua dan Lembaga Masyarakat di Kabupaten Nabire, Papua.
Di Provinsi Papua, adat, dan agama merupakan institusi sekaligus aktor yang memiliki peran penting untuk mendorong pembangunan dan pemberdayaan orang Papua. Hal tersebut karena kedua institusi ini melebur dalam struktur kehidupan masyarakat di Pulau Papua. Kepatuhan masyarakat terhadap adat dan agama memberikan keuntungan tersendiri, dimana adat dan agama dapat ditransformasikan sebagai institusi yang memiliki fungsi kontrol kehidupan sosial masyarakat di Papua. Namun dalam konteks pemberdayaan perempuan, keberadaan struktur adat dan agama di masyarakat pesisir Papua tidak memberikan posisi tawar (bargaining position) bagi perempuan. Relasi dan ikatan patriarki yang begitu dominan berlaku di masyarakat pesisir Papua menyebabkan posisi perempuan kerap terdominasi dalam struktur adat maupun agama. “Ini merupakan tantangan terbesar bagi saya untuk mengubah mindset agar laki-laki dan perempuan bisa setara dan saling mendukung dalam proses pembangunan. Tanah Papua akan maju jika kaum perempuan juga diberikan kesempatan yang sama dengan laki-laki. Jangan biarkan perempuan terus menjadi korban. Semoga Nabire bisa menjadi daerah yang ramah perempuan dan anak,” tegas Menteri Yohana.