Bisa pula, ucapnya, mengenai Three Zero yakni bebas napza, tidak menikah di usia muda, dan tidak seks bebas.
“Oleh karena itu, keberadaan dan keaktifan Poktan (Kelompok Kegiatan) Bidang KSPK (Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga) menjadi urat nadi yang menandakan berjalan-tidaknya program pembangunan keluarga,” kata Hasto, dilansir dari antara.
Selain mempersiapkan generasi muda melalui aspek kesehatan, kehidupan berkeluarga juga harus diukur dan dipantau melalui capaian Indeks Pembangunan Keluarga (I-Bangga).
Ia menjelaskan semakin tinggi nilai I-Bangga suatu daerah maka kualitas keluarga yang dinilai melalui ketenteraman, kemandirian, dan kebahagiaan keluarga masuk dalam kategori tangguh, begitu pun sebaliknya.
Ia juga membeberkan capaian I-Bangga pada 2024 ditargetkan menjadi 61. Akan tetapi, dalam data BKKBN pada 2022 capaian nasional baru menyentuh 56,07. Padahal, saat tahun yang sama ditargetkan I-Bangga mencapai 57.
Ia menjelaskan jika berdasarkan data BKKBN, provinsi dengan nilai I-Bangga tertinggi DIY (59,42), Kepulauan Riau (59,39), dan Banten (58,97).
“Sedangkan yang terendah adalah Papua (46,32), Papua Barat (51,45), dan NTT (53,51),” ujar Hasto. (qq)