“Tokoh agama itu menjadi pintu masuk sekaligus potensial menjadi pintu keluar untuk radikalisme dan terorisme,” ujar R Ahmad Nurwakhid di Jakarta, Selasa.
Tokoh agama sebagai pintu masuk radikalisme dan terorisme, jelas dia, dapat dilihat dari indeks potensi radikalisme berdasarkan survei BNPT di tahun 2019 yang bernilai 38 persen.
Dikutip dari antara, menurut Nurwakhid, persentase itu tidak terlepas dari keberadaan konten-konten keagamaan bermuatan intoleran dan radikal di media sosial yang mencapai kisaran 67 persen.
Namun saat pandemi COVID-19, tepatnya pada awal 2020, ketika masyarakat diharuskan beradaptasi dengan dunia digital, indeks tersebut menurun hingga mencapai angka 12,2 persen.
Temuan itu, tambah ia, ternyata disebabkan oleh semakin masifnya penggunaan media sosial oleh para tokoh agama.
“Mereka masif melakukan dakwah melalui media sosial, seperti YouTube dan Instagram,” jelas Ahmad Nurwakhid.
Para tokoh agama, seperti ulama, kiai, dan guru mengimbangi konten-konten agama bermuatan intoleran dan radikal dengan konten agama yang moderat.