Terkait dengan Prabowo, kata, Iskandar, publik sudah pernah mengujinya di tiga Pilpres. Ternyata masyarakat tidak menghendakinya. Terlebih dengan masuknya Prabowo di koalisi Jokowi-Ma’ruf Amin, justru semakin ditinggalkan pendukungnya.
“Terkait dengan sosok Puan sendiri, jangankan kalangan eksternal, internal partainya juga kami menduga kurang merespon dengan baik. Kita bisa lihat dari hasil perolehan surveinya masih belum juga naik,” beber Iskandar.
Sementara terkait dengan keberadaaan Anies Baswedan yang mendapat sambutan positif di Eropa, Iskandar menilai bahwa hal itu bukan suatu jaminan bahwa mantan Menikbud itu bakal mendapat tiket maju sebagai Capres. Pasalnya hingga saat ini Anies masih terkendala soal siapa partai yang bakal mengusungnya.
“Namun demikian, posisi Anies tergolong masih seksi. Dan posisi Anies itu seperti dengan Ganjar Pranowo, meski mendapat respon publik, tapi keduanya belum mendapat rekom dari partai,” jelas Iskandar.
Justru yang menarik kata Iskandar, dari sejumlah Capres yang dinilai sangat siap adalah Airlangga Hartarto. Sebab, selain ia sebagai Ketum partai, Airlangga dinilai sebagai pengambil kebijakan dalam partai tersebut.
“Tinggal bagaimana AIrlangga memilih calon pendampingnya. Nah, dari sekian calon yang muncul, nama Ganjar Pranowo atau Anies Baswedan bisa memiliki peluang mendampingi Airlangga,” katanya.
Kendati demikian, kata Iskandar, Airlangga juga harus bersikap fleksibel dalam berpolitik. Sebab jika dilihat elektabilitasnya pria yang saat ini menjabat sebagai Menko Perekonomian itu juga elektabilitasnya di bawah Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
“Di sini Airlangga tentu bisa melakukan kalkulasi politik, apakah menggandeng Anies atau Ganjar. Karena keduanya memiliki basis massa yang kuat. Tinggal bagaimana apakah Airlangga tetap bersikeras di posisi Capres atau sebaliknya akan lebih memilih Cawapres. Tentunya butuh kajian secara komperhensif,” pungkasnya. (Kurniaji)