Efektivitas Pfizer, Moderna, AZ, dan Sinovac Vs Varian Delta
JAKARTA, Harnasnews.com – Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengutip hasil studi Mayo Clinic bahwa efektivitas vaksin Covid-19 Moderna saat melawan varian baru Delta sebesar 76 persen dan Pfizer 42 persen saat melawan mutasi yang sama. Artinya, IDI mempercayai vaksin Moderna lebih efektif melawan varian Delta dibandingkan Pfizer.
“Berdasarkan hasil penelitian Mayo Clinic, Vaksin Moderna lebih ampuh menghadapi varian Delta dibandingkan Vaksin Pfizer,” ujar Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban, Jumat (20/8).
Ia menambahkan, perbandingan hasil efikasi itu muncul pada subjek yang sama-sama disuntik dua kali menggunakan vaksin Pfizer dan Moderna. Sejumlah penelitian membeberkan sebuah hasil baru terkait efektivitas vaksin Covid-19.
Temuan tersebut menilai kinerja vaksin Moderna lebih efektif dibandingkan vaksin Pfizer dalam melawan Covid-19 varian Delta. Terdapat dua laporan yang dipublikasikan oleh medRxiv pada Ahad (8/8) yang menunjukkan keunggulan Moderna dibandingkan Pfizer.
Berdasarkan penelitian pertama yang dilakukan pada 50 ribu pasien di Mayo Clinic Health System, ditemukan kedua vaksin ini mengalami penurunan efektivitas. “Suntikan booster Moderna mungkin diperlukan bagi siapa saja yang mendapatkan vaksin Pfizer atau Moderna pada awal tahun ini,” kata pemimpin studi penelitian Mayo Clinic, Dr Venky Soundararajan, Jumat (20/8).
Dari riset tersebut, vaksin Moderna memiliki kadar efektivitas setinggi 76 persen pada Juli lalu, atau terjadi penurunan efektivitas sebesar 10 persen dibandingkan pada awal tahun 2021 yang mencapai 86 persen. Sedangkan untuk efektivitas vaksin Pfizer hanya mencapai 42 persen saja.
Angka efektivitas ini juga menurun 34 persen pada periode yang sama. Studi kedua, yang dilakukan terhadap penghuni panti jompo di Ontario menunjukkan respons kekebalan yang lebih kuat setelah menerima vaksin Moderna dibandingkan Pfizer. Pemimpin penelitian Ontario dari Lunenfeld-Tanenbaum Research Institute, Anne-Claude Gingras mengatakan, orang tua mungkin memerlukan dosis vaksin yang lebih tinggi atau booster.
Berdasarkan studi lainnya, vaksin Pfizer-BioNTech pada mulanya tampak lebih efektif dalam melawan varian Delta dibandingkan vaksin Oxford-AstraZeneca. Akan tetapi, proteksi terhadap varian Delta dari vaksin Pfizer tampak menurun lebih cepat dibandingkan vaksin Oxford-AstraZeneca.
Karena menurun dengan laju yang lebih cepat, efektivitas Pfizer akan mencapai angka yang sama dengan vaksin AstraZeneca pada waktu lima bulan setelah pemberian dosis kedua. Perlu dipahami, efektivitas yang diberikan oleh kedua vaksin ini masih terbilang tinggi meski mengalami penurunan.
“Bahkan dengan sedikit penurunan ini dalam perlindungan melawan semua infeksi dan infeksi dengan beban virus yang tinggi, penting untuk diketahui bahwa efektivitas keseluruhannya masih sanagt tinggi,” kata peneliti senior Dr Koen Pouwels dari Department of Population Health di University of Oxford, seperti dilansir Independent, Kamis (19/8).
Temuan ini diungkapkan dalam sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari University of Oxford bersama dengan Office of National Statistics (ONS) dan the Department for Health and Social Care (DHSC). Studi ini melibatkan data Covid-19 Infection Survey yang dikumpulkan dari Desember 2020 hingga Agustus 2021.
Peneliti juga menganalisis data tes usap (swab test) pada lebih dari 700 ribu partisipan. Data tes usap yang dianalisis berasal dari periode sebelum dan setelah 17 Mei 2021, di mana varian Delta mulai mendominasi di Inggris.
Hasil studi menunjukkan bahwa satu bulan setelah pemberian dosis kedua, vaksin Pfizer-BioNTech memiliki efektivitas 90 persen lebih besar dalam memberikan perlindungan terhadap infeksi dengan viral load yang tinggi dibandingkan individu yang tak divaksinasi. Efektivitas ini menurun menjadi 85 persen setelah dua bulan, dan kembali menurun ke angka 78 persen setelah tiga bulan.
Efektivitas dari vaksin AstraZeneca juga tampak mengalami penurunan pada periode yang sama, yaitu 67 persen, menjadi 65 persen, lalu 61 persen. Bila dibandingkan, laju penurunan efektivitas vaksin AstraZeneca lebih lambat daripada vaksin Pfizer-BioNTech.
Peneliti juga mendapati bahwa individu yang terinfeksi varian Delta setelah mendapatkan vaksinasi dosis kedua memiliki peningkatan level virus yang mirip dengan individu yang tak divaksinasi. Namun, belum diketahui seberapa besar transmisi yang bisa terjadi pada individu yang sudah divaksinasi lengkap dan terinfeksi varian Delta.
Penelitian juga menunjukkan bahwa pemberian satu dosis vaksin Moderna dapat memberikan efektivitas perlindungan yang mirip atau bahkan lebih besar dalam melawan varian Delta dibandingkan satu dosis vaksin Covid-19 lainnya. Akan tetapi, peneliti mengungkapkan bahwa mereka tak memiliki data mengenai efektivitas vaksin Moderna setelah pemberian dosis kedua.
Menurut Associate Professor Dr Alexander Edwards dari Biomedical Technology di University of Reading, studi ini menunjukkan bahwa varian Delta memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menginfeksi orang-orang yang sudah divaksinasi dibandingkan dengan varian-varian lain. Akan tetapi, perlindungan yang diberikan oleh vaksin masih tetap bekerja dengan baik.