Ekowisata SAMOTA,Butuh KOLEKTIVITAS Lokal Untuk Pengembangan
Penulis: Rusdianto Samawa, Pendiri Teluk Saleh Institute (TSI), Menulis dari Kawasan Pariwisata Ailemak, Samota Sumbawa
SUMBAWA,Harnasnews.com – Saya kedua kali datang melihat Ai Lemak, tahun 2016 tengok pertama kali. Tetapi belum ada apa-apa. Saat itu masih satu atau dua rumah. Pasca pembangunan Jalan Bypass Samota, mulai bertumbuhan pemukiman: mulai rencana hotel, rumah penduduk, kebun, tanaman jagung dan lainnya.
Kita hanya butuh waktu kurang lebih 30 menit menempuh perjalanan jarak 10 kilo meter dari Simpang Bingung, Kota Sumbawa.
Saya tidak mengerti siapa menamakan simpang bingung sebagai petunjuk arah pertama menuju jembatan Samota hingga tembus Ai Lemak, Ai Loang, dan Tanjung Menangis.
Mestinya, namanya itu tidak Simpang Bingung. Mungkin lebih laku sebagai branding Bundaran Hotel Samawa (BH), karena bundaran ini juga penghubung antara kawasan perumahan, pelabuhan Sumbawa, bandara, hotel, jalan menuju Samota dan perkantoran.
Ya, ini kelemahan narasi Branding pemerintah Kabupaten Sumbawa, terutama Dinas Pariwisata. Karena dari Bundaran Hotel Samawa (BHS) itu pintu segala penjuru untuk penikmat apapun di Sumbawa.
Setelah melihat dan mengamati Ai Lemak Samota, saya sudah membayangkan, betapa berat pembangunan dan pengembangan tanpa partisipasi masyarakat Lokal.
Terutama, kawan-kawan Jakarta yang sering memperlihatkan dirinya berduit. Silahkan perkuat partispasi, membangun Sumbawa tidak harus menjadi Bupati, kepala desa atau Gubernur. Minimal membangun Caffe kecil, menjual makanan khas Sumbawa, meramaikan lapak penjualan. Tentu dari sini akan terbangun konsep ekonomi yang terintegrasi.
Justru, otoritas Samota, jangan mengejar investor besar untuk menguasai wilayah pinggir laut. Memang kita membutuhkannya dalam bentuk Hotel dan infrastruktur pendukung. Tetapi tidak diseputaran pesisir (pinggir laut), minimal investor membangun itu jauh dari kawasan Ailemak atau kawasan lainnya, misalnya 2 kilo meter.
Karena apabila investor besar membangun berdampingan dengan laut. Berpotensi mengabaikan hak-hak masyarakat lokal untuk kreatifitas, geliat ekonomi kecil dan peluang masyarakat berkunjung secara asyik akan terganggu.
Pengembangan Samota membutuhkan pola padat karya, mengintegrasikan semangat dengan sikap keinginan untuk bersama-sama membangun. Ini masih Ai Lemak, Sumbawa terdiri dari berbagai pulau – pulau kecil yang tidak kalah dengan daerah lainnya.
Tentu kedepan masyarakat Sumbawa bisa menguatkan peran sertanya sebagai epicenterum maritim yang sudah memiliki modal kuat dalam melindungi dan memelihara konservasi kawasan Samota, Kawasan konservasi Pulau Moyo dan Kawasan Ekowisata Teluk Saleh.
Instrumen kawasan tersebut, merupakan tolak ukur pemanfaatan sumber daya kelautan – perikanan, ekosistem lingkungan dan pariwisata. Tentu parameternya: penggunaan kawasan laut sebagai penyangga lingkungan, penangkapan ikan, pariwisata bahari dalam memperkuat konektivitas diberbagai wilayah desa pesisir.
Selain itu, penggunaan sumber daya kawasan Samota, kawasan konservasi Pulau Moyo dan kawasan Ekowisata Teluk Saleh harus berbasis pada digitalisasi. Karena konsep pembangunan Samota sepenuhnya berdasarkan penguasaan teknologi informasi untuk konektivitas seluruh potensi diantara 71 Desa Pesisir Sumbawa dan 15 Pulau diwilayah Selatan dan Utara.
Konektivitas pembangunan Ekowisata Bahari Sumbawa sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat tanpa membebani generasi yang akan datang akibat berkurangnya sumber daya alam dan menurunnya kualitas lingkungan.
Potensi wisata berbasis ekonomi masyarakat pesisir Sumbawa merupakan sebuah keinginan untuk berkontribusi nyata yang diyakini mampu memberikan kontribusi perekonomian nasional bila dilakukan secara masif dan serius pada daerah-daerah potensial di wilayah Teluk Saleh.
Ekspektasi besar untuk mengelola peluang ekowisata yang ada di wilayah Samota; Ailemak, Tanjung Menangis, Ai Loang, pulau Moyo dan lainnya harus tergarap secara maksimal.
Maka, ide dan gagasan ini harus disambut baik oleh seluruh stakeholders dan masyarakat pesisir Sumbawa. Apalagi Pemerintah Daerah: Provinsi dan Kabupaten Sumbawa, hingga Pemerintah Pusat wajib menjadi katalisator dalam merealisasikan rencana besar ini.
Kedepan, ekowisata Kawasan Samota dan Kawasan Teluk Saleh di desain untuk menyiapkan infrastruktur yang ditunjang oleh sistem pemasaran (marketing) yang baik sehingga berdampak pada meningkatnya kunjungan pada wilayah kawasan Samota yang bisa menaikkan nilai pertukaran peredaran uang untuk pendapatan masyarakat.[Herman]