“Karena itu Airlangga sebagai tokoh politik seakan maju kena mundur kena. Sementara, di internal partainya dalam membangun soliditas pencapresan sebagai fungsi utama partai politik kedodoran. Selain itu, dalam mengatasi persoalan pemerintahan di bidang ekonomi juga tidak mudah teratasi,” ujar Bambang.
Oleh sebab itu, Bambang menilai terkait dengan pencapresan nasib AIrlangga boleh jadi akan terdegradasi, mulai dari elektabilitasnya yang tidak kunjung naik signifikan. Celakanya, lagi pihak gerbong partainya tercuri start dalam dukungan pencapresan oleh tokoh seniornya.
Publik sangat berharap perubahan arah politik negara segara dilakukan oleh partai politik selain pendukung rezim pemerintah saat ini yaitu partai Golkar. Namun sayangnya Golkar larut dalam genggaman rezim pemerintahan yang sesungguhnya real politik kepercayaan, baik dalam dan luar negeri terus mengalami distorsi.
“Akibatnya kendali perubahan akan dilakukan oleh partai lain yakni partai NasDem. Dengan demikian trend ke depan arah perubahan sedang dimulai oleh integrasi antara partai koalisi pemerintah bersama partai oposisi,” ungkapnya.
Bambang menambahkan, perkembangan konstelasi politik saat ini tentunya menarik dan akan menjadi harapan publik bahwa lonceng perubahan terus bergulir sampai pemilihan umum tahun 2024.
“Untuk itu jika Golkar yang fitrahnya selalu berada di arena kekuasaan sudah semestinya melakukan putar haluan menjadi leading sektor perpolitikan nasional kembali,” pungkasnya. (*)
