JAKARTA, Harnasnews – Maraknya pemberitaan terkait dengan mundurnya Maruarar Sirait dari keanggotaan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menimbulkan banyak asumsi di kalangan politisi di negeri ini. Terlebih, pamitnya putra mantan kader senior PDIP (Alm) Sabam Sirait dari partai banteng moncong putih itu di tengah menghangatnya isu keretakan hubungan antara Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang pelaksanaan Pilpres 2024 .
Menanggapi mundurnya Maruarar Sirait dari kader PDI-P itu, direktur eksekutif ETOS Indonesia Institute yang juga pengamat politik Iskandarsyah berpandangan bahwa sah-sah saja seorang kader parpol datang dan pergi, dan itu terjadi di semua parpol, bukan hanya di PDI-P.
Iskandar menilai mundurnya Maruarar Sirait dari PDIP merupakan hal biasa, tidak ada yang istimewa. Karena sebelumnya banyak kader PDIP di masa sulit dulu satu persatu hengkang dari PDIP setelah tahun 1999, seperti Alm. Haryanto Taslam, Meliono Suwondo, Alm. Alex Asmasubrata, Permadi, Roy BB Janis, Mangara, Alm Abdul Majid, Alm Soetardjo Soeryoguritno dan lain-lain.
“Apa mereka hanya kader biasa?, bukan, mereka kader-kader PDI (Saat itu belum PDIP), yang loyal dan pasang badan buat mba Mega, mereka keluar bagi DPP PDIP biasa aja, apalagi seorang Maruar Sirait yang buat saya belum seberapa dibandingkan nama-nama yang saya sebut diatas, dia (Maruar) di PDIP kan tumbuh karena nama ayahnya, bukan memulai karier politik dari bawah,” ujar Iskandar kepada Harnasnews di Jakarta, Rabu (17/1/2024).
Menurut Iskandar, PDIP tak akan pernah krisis keanggotaan, terlebih lagi PDIP merupakan partai kader dan satu-satunya partai di Indonesia yang tumbuh besar akibat tekanan.
“Jadi kalau saya melihatnya mundurnya Maruar dari PDIP biasa saja, apalagi bukan seorang tokoh sentral. Jangankan seorang Maruar Sirait, mundurnya Jokowi dari PDIP juga tak akan mempengaruhi menurunnya elektabilitas partai secara signifikan, justru saya melihatnya PDIP kian solid,” tandas Iskandar.
Sebelumnya, politisi senior Maruarar Sirait atau yang akrab disapa Ara resmi mengundurkan diri Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Hal itu ditandai dengan pengembalian Kartu Tanda Anggota (KTA) partai di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP di Menteng, Jakarta Pusat, pada Senin (15/1/2024).
Maruarar menegaskan, bahwa keputusan dirinya untuk pamit dari partai yang telah membesarkannya di kancah perpolitikan nasional itu merupakan pilihan terbaik, selanjutnya Ara mengaku akan mengikuti langkah politik Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Saya memilih untuk mengikuti langkah Pak Jokowi karena saya percaya Pak Jokowi adalah pemimpin yang sangat didukung oleh rakyat Indonesia, kepercayaan publiknya, approval ratingnya 75%–80%, beliau sudah memperjuangkan banyak hal,” kata Ara, Senin (15/1/2024).
Dirinya lantas mengungkit beragam prestasi Jokowi selama menjabat sebagai presiden, seperti penanganan isu radikalisme, pemerataan pembangunan, hingga penguasaan saham PT Freeport.
“Bagaimana [Jokowi] tegas menghadapi radikalisme, bagaimana membuat mayoritas saham Indonesia di Freeport, dan bagaimana juga membantu rakyat kecil dan juga memindahkan ibu kota dan adanya pemerataan,” lanjutnya.
Ara kemudian memohon doa restu kepada seluruh pihak dan menegaskan ulang bahwa dirinya memilih bersama dengan Jokowi dalam petualangan politiknya di masa yang akan datang.
Ara juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan elite PDIP lainnya, karena telah membesarkan namanya sebagai politisi.
Dia berharap PDIP mendapatkan kader yang lebih baik, lebih loyal, lebih profesional, dan lebih berkualitas dari dirinya.
“Saya mohon maaf, saya mengajarkan kalian untuk loyal tetap bersama PDI Perjuangan, tetapi izinkanlah dengan keterbatasan saya pamit. Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Mega, Pak Hasto [Sekjen PDIP], dan jajaran partai karena selama ini sudah mengizinkan saya berbakti melalui PDIP,” pungkasnya. (Pri)