“Dalam dua tahun terakhir, kita dapat melihat kesenjangan ini lebih jelas sebagai efek dari pandemi COVID-19. Hal itu memungkinkan mereka yang dekat dengan dunia digital dapat melanjutkan operasionalnya melalui e-commerce misalnya, sedangkan yang tidak memiliki kemampuan harus menutup usahanya,” kata Ririek pada seminar web B20-G20 Dialogue, Kamis.
Ririek memaparkan, kesenjangan digital mengacu pada kesenjangan pertumbuhan antara mereka yang menikmati inklusi ekonomi digital dan ekosistem, serta mereka yang berada di luar realitas digital.
Dalam konteks tersebut, lanjut Ririek, Gugus Tugas Digitalisasi B20 ingin memastikan bahwa digitalisasi dapat mendorong pertumbuhan di masa depan, serata memastikan untuk dapat memecahkan kesenjangan digital, yang pada akhirnya terjadi transformasi digital yang inklusif.
“Dengan kata lain, kami memiliki tujuan untuk memastikan bahwa mereka yang tidak terampil secara digital, siap dinavigasi di era digital. Secara individu, terlepas dari jenis kelamin, atau status sosial ekonomi, hingga memiliki keterampilan dan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi digital,” ujar Ririek.
Selain itu, lanjut Ririek, pemerintah disebut siap mendukung terkait inklusivitas digital tersebut untuk mendukung salah satu tujuan dari penyelenggaraan G20, yaitu mendorong inklusi digital untuk secara radikal mempercepat integrasi masyarakat pra-desa ke dalam ekonomi digital.
“Dalam kapasitas kami sebagai B20, kami memiliki tujuan untuk mengembangkan rekomendasi kebijakan dan mengadvokasi G20 tentang bagaimana kami berupaya dalam mengatasi tantangan global ini,” ujar Ririek.