Hari Ke-4, Basarnas Evakuasi 65 Kantong Jenazah
Bagian ini kemungkinan besar Fligh Data Recorder yang akan menjawab berapa kecepatan, arah, ketinggian kecepatan, dan semua data terkait pesawat,” jelas Ketua KNKT saat konferensi pers.
Selanjutnya, Ketua KNKT berharap black box satunya, yaitu Cockpit Voice Recorder (CVR) dapat segera ditemukan untuk mengungkap penyebab kecelakaan.
Dari lokasi pencarian, Basarnas telah membagi tugas semua asset yang terlibat dalam operasi. Area pencarian terbagi dalam 2 sektor atau prioritas pencarian.
Pasa sektor 1, tim SAR melaksanakan pencarian dengan search pattern (pola pencarian) creeping. Pada search area prioritas 2, tim SAR menggunakan pola pencarian pararel.
Pada sektor 1, kapal-kapal yang beroperasi dilengkapi dengan alat pendeteksi bawah air seperti Multi Beem Echo Sounder (MBES), Side Scan Sonar, Remotly Operated Underwater Vehicle (ROV), dan Ping Locator untuk mendeteksi sinyal dari black box.
Peralatan-peralatan tersebut terpasang di 5 kapal, masing-masing KRI Rigel, Rubber Boat (RB) 206 Kantor SAR Bandung, Baruna Jaya BPPT, Kapal Dominos dan Teluk Bajau Pertamina.
Pada sektor ini juga mengerahkan penyelam-penyelam dari Basarnas Special Group (BSG), Denjaka, Kopaska, Taifib, Marinir, dan penyelam-penyelam handal lainnya.
Sementara di sektor 2, terdapat 40 kapal lebih dari Basarnas, TNI-Polri, Kementerian Perhubungan, Polair, KPLP, Bea Cukai, ditambah kapal-kapal nelayan dan Potensi SAR lainnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 rute Cengkareng – Pangkalpinang mengalami kecelakaan 13 menit setelah lepas landas dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (29/10/2018) pukul 06.20 WIB.
Pesawat dengan personal on board sebanyak 189 orang itu jatuh di kawasan Perairan Karawang. (Red/Ed)