“Berbicara diversitas, tentunya berbicara tentang keterlibatan perempuan. Itu salah satu urgensi utama kenapa perempuan harus dilibatkan menjadi pengambil keputusan. Bukan hanya menjadi perwakilan yang deskriptif, melainkan juga substantif,” ujar Rizka Antika di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, salah satu cara untuk mendorong keterlibatan perempuan adalah dengan membangun optimisme melalui pembingkaian (framing) karakteristik kepemimpinan perempuan yang khas.
Rizka menilai perempuan memiliki karakteristik kepemimpinan yang berempati, mau bekerja sama, kolaboratif, dan mengayomi. Namun, sayangnya karakteristik tersebut tidak banyak dilihat sebagai karakteristik yang ideal untuk menjadi pemimpin politik.
“Salah satu yang bisa kita lakukan adalah bagaimana membangun narasi dan memberikan ruang. Sebenarnya ada beragam bentuk kepemimpinan yang bisa berhasil dalam menangani permasalahan,” ujarnya.
Dorongan urgensi keterlibatan perempuan ini, kata dia, adalah untuk menekan hegemoni maskulinitas dalam ruang politik.