Inilah Perbedaan Antara Sandiaga dengan Jokowi Soal Pembiayaan Infrastruktur
JAKARTA, Harnasnews.com – Pemerintahan Joko Widodo saat ini tengah menggenjot proyek pembangunan infrastruktur di penjuru Tanah Air, namun sayangnya sejumlah masalah muncul. Pasalnya, proyek strategis nasional yang digagas oleh Jokowi itu dibiayai oleh utang luar negeri.
Akibatnya, utang luar negeri Indonesia kini kian melambung. Bahkan, saat ini kalau dihitung dari jumlah penduduk Indonesia, bayi lima tahun (balita) harus juga menanggung jatah utang negera sebesar Rp17 juta.
Bank Indonesia (BI) mencatat, utang luar negeri Indonesia mencapai US$358 miliar pada akhir Juli 2018. Angka itu meningkat 4,1 persen dibanding periode sama 2017 (year on year/yoy).
Jika dirupiahkan, utang luar negeri Indonesia itu setara Rp5.191 triliun dengan asumsi Rp14.500 per dolar AS.
Kebijakan pemerintah Jokowi rupanya berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Sandiaga Uno saat membangun proyek tol Cikampek-Palimanan. Ia punya cerita sendiri sebagi pemilik Saratoga Sandiaga S. Uno. Sandi saat itu merupakan salah satu pemegang saham PT Lintas Marga Sedaya (LMS) yang merupakan pemegang konsesi tol Cikampek-Palimanan.
Cawapres nomor Urut 02 ini menegaskan, jika nanti terpilih pada Pilpres 2019 dirinya tak akan bergantung pada utang.
Dia kemudian mencontohkan proyek tol Cikopo-Palimanan yang bisa dibangun tanpa berutang.
“Bisa (tanpa utang), saya sudah membangun Cikopo-Palimanan 116 kilometer tanpa utang sama sekali,” kata Sandi usai berdialog dengan pelaku UMKM di Foodcourt Urip Sumoharjo, Surabaya, Selasa (1/1).
Sebagai informasi, keterlibatan Sandiaga Uno di pembangunan infrastruktur tol Cikopo-Palimanan melalui PT Lintas Marga Sedaya (LMS), operator tol tersebut.
Sebelumnya, Sandiaga mengaku saat tol tersebut mulai dibangun, dia masih memiliki saham di PT LMS. Setelah maju sebagai salah satu kontestan di Pilkada DKI 2017 Sandiaga baru melepas sahamnya di PT LMS.