JAKARTA, Harnasneews – Analis politik yang juga aktivis 98 Irwan Suhanto menduga ada sosok yang berupaya menggoyang posisi Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri dilakukan oleh kelompok tertentu dengan menggunakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam rangka membelah partai.
Namun sayangnya upaya mengokupasi partai yang saat ini digawangi oleh anak Proklamator Republik Indonesia itu dinilai akan sia-sia. Hal tersebut terbukti setelah Ganjar dipanggil DPP PDI-P sekaligus diberikan sanksi teguran, praktis gerbong orang nomor satu di Jawa Tengah itu langsung melemah.
“Kami menduga upaya pengambilalihan PDI-P sudah dimulai sejak sebelum Pemilu 2019. Akan tetapi kemudian disiasati dengan simulasi membuat partai baru (yang ternyata gagal lolos PT),” ujar Irwan kepada Harnasnews, Sabtu (29/10/2022).
Selanjutnya, kata Irwan, setelah kegagalan uji coba partai baru tersebut, upaya pengambilalihan PDI-P kembali dilakukan saat Kongres PDI-P tahun 2020 di Bali. Lagi-lagi upaya tersebut kandas, karena tercium oleh Ketum Megawati.
Irwan memprediksi dengan Megawati memasukkan mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai salah satu pengurus DPP PDI-P hasil Kongres tahun 2020 di Bali, sebagai sinyal terhadap pihak-pihak yang ingin mengkudeta partai tersebut, ternyata skenario itu telah tercium oleh DPP PDI-P.
“Keputusan Ibu Megawati untuk mengakomodir Ahok juga sebagai pengurus DPP PDI-P memberikan pesan kepada publik bahwa Ahok dan Jokowi sudah tidak lagi satu barisan,” tandas Irwan.
Kemunculan Ganjar yang mengaku siap menjadi Capres tanpa mempertimbangkan persetujuan Ketum PDI-P sebelumnya, jelas melanggar fatsoen politik di partai banteng moncong putih itu yang mensyaratkan harus ada kehendak Megawati setiap langkah pengambilan keputusan politik bagi kadernya.