JAKARTA, Harnasnews – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memaparkan sejumlah permasalahan yang dihadapi, yang memaksa pemerintahannya berupaya mengencangkan APBN demi menjaga stabilitas harga saat menghadiri Silaturahmi Tim Tujuh Relawan Jokowi di Econvention, Ancol, jakarta, Sabtu.

“Pertama COVID dua tahun ini menghapuskan anggaran kita, hampir Rp1.400 triliun ilang, negara lain juga sama menganggarkan duit yang gede sekali, ilang,” kata Jokowi saat menyampaikan sambutannya di hadapan para relawan.

Ketika situasi pandemi COVID-19 relatif mereda upaya pemerintah memulihkan ekonomi dihadapkan pada badai kedua dengan terjadinya invasi militer Rusia ke Ukraina, yang praktis menciptakan ketidakpastian berikutnya.

Dua hal tersebut, kata Jokowi, telah menimbulkan lonjakan harga yang harus dikendalikan dengan susah payah oleh pemerintahannya.

Jokowi mencontohkan bagaimana pemerintah menjaga harga BBM jenis Pertalite masih di angka Rp7.650 per liter dan Pertamax Rp12.500 per liter.

Ia membandingkan dengan harga BBM di Amerika Serikat yang sudah mencapai Rp19.400 per liter dan Singapura yang menjual seharga Rp33.000 per liter.

“Bayangkan kalau Pertalite jadi Rp33.000. Pasti demo semuanya bener gak? Oleh sebab itu dengan sekuat tenaga kita pertahankan harga ini. Tetapi ingat harga yang harus dibayar oleh APBN itu gede sekali,” katanya.

Jokowi juga menyinggung harga beras di Indonesia yang rata-rata masih di kisaran Rp10.000 per kg dan membandingkannya dengan harga di AS yang sudah mencapai Rp52.000 per kg.