Jual Makanan Lewat Medsos di Australia Harus Izin
MELBOURNE, Harnasnews.com – Seorang pengacara asal Indonesia yang memiliki kantor pengacara di Melbourne (Australia) Konfir Kabo menyarankan kepada masyarakat Indonesia di Australia yang sekarang ini menjual makanan lewat media sosial untuk tidak melakukannya.
Menurut Konfir, kegiatan tersebut bila dilakukan tanpa izin yang sah bisa berakibat pelakunya dikenai denda besar bila ditemukan oleh pihak berwenang. Konfir Kabo mengatakan hal tersebut pada Senin (4/3) di Melbourne dalam acara Ngobrol Kuliner Indonesia di Victoria yang diselenggarakan oleh Forum Ekonomi Kreatif Konsulat Jenderal Indonesia (KJRI) untuk Victoria dan Tasmania. Forum tersebut diikuti sekitar 60 orang yang sebagian besar berkecimpung dalam bidang kuliner di Melbourne dan sekitarnya.
Konfir Kabo menjadi pembicara dan menjelaskan mengenai aspek hukum apa yang perlu diperhatikan ketika seorang terjun di dunia bisnis kuliner di Australia. Khusus berbicara mengenai penjualan makanan lewat media sosial, Konfir Kabo mengatakan “tolong jangan lakukan hal tersebut.”
“Mudah-mudahan anda tidak menelpon saya. Karena biasanya orang-orang yang menelpon kantor pengacara kalau mereka memiliki masalah,” kata Konfir.
Dalam pantauan ABC, fenomena penjualan makanan lewat media sosial semakin marak di Australia yang dilakukan oleh warga Indonesia. Tidak semua yang melakukannya dengan cara ilegal namun hal ini menurut keterangan yang didapat ABC Indonesia, pihak kota praja juga mengetahui dan semakin memantau kegiatan tersebut.
Di Australia, siapa saja yang berbisnis di bidang makanan harus memiliki izin usaha dan sertifikat untuk mengolah makanan. Demikian juga fasilitas yang mereka miliki dalam pengelolaan makanan harus memenuhi standar tertentu, dan kota praja (council) secara teratur melakukan pengecekan terhadap berbagai fasilitas tersebut.
Mereka yang ditemukan tidak memenuhi persyaratan bisa dikenai denda yang berkisar dari 10 ribu dolar AS sampai 20 ribu dolar AS per pelanggaran (sekitar Rp 100 sampai Rp 200 juta) dan barang-barang mereka juga bisa disita bila dianggap tidak memenuhi standar kebersihan.
Menurut Abdul Razak Baswedan, Ketua ICAV, sebuah perkumpulan para pengusaha kuliner di Victoria yang dibentuk pada 2016 di Melbourne, pihak kota praja masing-masing daerah di Australia sudah banyak mengetahui mengenai semakin banyaknya bisnis penjualan yang dilakukan lewat media sosial. Abdul Razak sebelumnya pernah memiliki restoran di Melbourne, namun dalam beberapa tahun terakhir mengkonsentrasikan diri pada kegiatan katering makanan.
“Kita secara teratur didatangi oleh council yang melakukan pengecekan mengenai fasilitas yang kita miliki di rumah.” kata Razak kepada wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya.
“Baru-baru ini petugas council datang dan mereka mengatakan mengetahui semakin banyak warga Indonesia di sini yang menjual makanan lewat media sosial.”
Pengacara Konfir Kabo juga terlibat dalam ICAV, karena selain mengurusi masalah hukum, juga memiliki dan terlibat dalam industri kuliner selama beberapa tahun terakhir.
Dia mengatakan bahwa dalam sistem hukum di Australia, bila terjadi pelanggaran, maka denda atau hukuman pasti akan dijatuhkan.
“Sistem hukum di sini sebenarnya tidak rumit tapi memang banyak hal yang harus dipatuhi,” kata Konfir Kabo lagi.
Cara penyajian makanan Indonesia harus diubah untuk bisa dikenal di dunia
Dalam acara Ngobrol Kuliner Indonesia di Victoria tersebut yang dimoderatori oleh Zainal Arifin dari KJRI, ada empat pembicara. Selain Konfir Kabo yang berbicara mengenai soal perijinan bila hendak membuka restoran, pembicara lain adalah Ivan Tandyo seorang pengusaha muda asal Indonesia yang sekarang memiliki jaringan bisnis properti dan pernah juga membuka restoran sebelumnya.
Pembicara lain, ada William Ho manajer Indofood yang sekarang ditempatkan di Melbourne yang berusaha memasuki pasar lebih besar bagi produk Indofood di Australia.
Pembicara terakhir adalah seorang chef terkenal asal Prancis yang sekarang tinggal di Bali Chris Salans, yang memiliki dua restoran fine diningyaitu Spice by Chris Salans dan Mozaic yang menampilkan masakan-masakan Indonesia yang diolah dengan cara-cara modern.