Kasus Harley Davidson, Menteri BUMN Diduga Hanya Mencari Sensasi
JAKARTA, Harnasnews.com – Polemik tentang ‘skandal’ Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Ari Askara, yang dituding melakukan penyelundupan motor Harley Davidson, mendapatkan tanggapan bergam dari sejumlah pihak. Pengamat politik Irwan Suhanto, menilai peristiwa skalndal di perusahaan plat merah tersebut penuh misteri dan banyak kejanggalan, hal itu kata Irwan belum banyak diketahui publik.
Bahkan, irwan menduga ada upaya dari sekelompok orang yang ingin menghabisi karir Ari Askara. Sehingga kasus penyelundupan motor Harley Davidson merupakan perangkap buat Ari yang sengaja dilakukan oleh orang yang ingin menggeser posisi di persuhaan bergengsi tersebut.
“Sejak mengetahui peristiwa ini lewat media, saya mempelajari kepingan kronologis yang saya dapatkan dari media massa. Saya merasa apa yang menimpa Ari Askara ini janggal, ganjil. Karena itu saya tidak serta merta mempercayai apa yang diberitakan media,” ungkap Irwan dalam keterangan tertulisnya yang diterima HNN Senin (9/10/2019).
Irwan mempertanyakan soal peristiwa (Harley Davidson di Bandara) terjadi pada pertengahan November, tapi kenapa baru Desember kasus tersebut mencuat di media. Menurut dia, kalau saja itu benar penyelundupan, harusnya langsung dilakukan tangkap tangan. Apalagi, berdasarkan informasi yang berkembang bahwa pihak Bea Cukai sendiri mengetahuinya.
“Lagipula, mana ada penyelundupan barang mewah si pemiliknya ikut serta disitu, seperti tidak mampu bayar kurir saja. Ada interfal waktu yang tidak sebentar, sejak Harley itu sampai ke Indonesia sampai kemunculannya di media massa,” beber Irwan.
Mantan aktivis 98 ini mengungkapkan, sejak terbentuknya pemerintahan baru Jokowi di periode kedua ini, yang kemudian terbentuk pula Kabinet Indonesia Maju (KIM). Beberapa pos menteri bergeser atau juga berganti, salahsatunya Kementerian BUMN.
Banyak pihak, awalnya meyakini Rini Soemarno tetap memimpin kementerian ini, tapi ternyata justru digantikan, oleh seorang pendatang baru dunia politik yang kebetulan ketua tim pemenangan pasangan Jokowi-Makruf, Erick Thohir.
“Masuknya Erick menandakan terjadinya sebuah pergantian rezim di Kementerian BUMN. Salahsatu yang juga lazim dalam sebuah pergantian rezim adalah pembersihan orang-orang yang dianggap bagian dari rezim lama. Ari ini kan dipandang sebagai ‘orangnya Rini’, jadi penyingkiran dirinya menjadi konsekuensi logis,” jelas Irwan.
Menurut Irwan, kasus skandal “Harley Davidson” bukan hanya dijadikan persoalannya bersih-bersih orang rezim lama, tapi juga sang pemegang kuasa baru di kementerian terkait perlu sebuah ‘ledakan popularitas’.
“Sebagai seorang yang menggantikan posisi menteri yang lumayan kontroversial seperti Rini, diperlukan momentum-momentum yang istimewa. Ini semacam bejana berhubungan, agar naik maka diperlukan tekanan. Untuk popularitas naik diperlukan pihak yang ditekan, diinjak,” imbuh Irwan.
Irwan mengatakan, Dirut BUMN, seperti halnya Garuda, adalah jabatan politik. Dalam politik, ketersingkiran seorang direktur utama perusahaan negara harus dianalisa secara konspiratif, sama seperti ketika Ari muncul dipilih untuk memimpin.