Kemendag Dukung HIPMI dan APRINDO Tingkatkan Ekonomi dan Kapasitas Santri di Lingkungan Pondok Pesantren
Jakarta, Harnasnews.Com – Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menegaskan bahwa Kementerian Perdagangan mendukung gagasan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) untuk meningkatkan ekonomi ‘umat’ melalui penguatan peran toko ritel di lingkungan pondok pesantren seluruh Indonesia. Kemendag juga mendukung gagasan pembukaan pusat pelatihan untuk pengelola toko-toko di lingkungan pondok pesantren. Sebagai pembina sektor ritel, Kemendag akan menggandeng Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) untuk bekerja sama dengan HIPMI mewujudkan gagasan tersebut.
“Gagasan HIPMI untuk memperkuat peran toko ritel di lingkungan pondok pesantren dengan dukungan penuh APRINDO merupakan salah satu wujud nyata keberpihakan para pengusaha terhadap perkembangan usaha ritel di lingkungan pondok pesantren,” ujar Mendag Enggar.
Mendag Enggar mengatakan, para pengusaha terutama di ritel modern harus saling bahu-membahu untuk menopang tumbuh dan berkembangnya usaha ritel tradisional. “Ini merupakan bagian dari kebijakan Pemerintah mengatasi masalah ketimpangan di sektor ritel,” tandasnya.
Pemerintah, lanjut Enggar, menyambut baik peran HIPMI dan APRINDO untuk meningkatkan profesionalisme pengelolaan toko ritel milik pesantren agar dapat memenuhi tidak hanya kebutuhan santri, namun juga masyarakat di lingkungan pondok pesantren tersebut. “Untuk itu, saya meminta kepada seluruh pelaku usaha ritel modern dalam semua format untuk ikut membantu pembenahan toko ritel di pondok pesantren di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Berdasarkan data Nielsen Indonesia, pada 2014 terdapat lebih dari 3 juta usaha ritel tradisional, termasuk yang berada di lingkungan pondok pesantren, yang harus mendapat perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan.Sementara itu, berdasarkan hasil pantauan tim HIPMI, APRINDO, dan Kemendag di beberapa toko ritel milik pondok pesantren di Jawa Timur, masih ditemui banyak kendala dalam melayani kebutuhan para santri. Kendala-kendala tersebut meliputi kondisi fisik toko, stok barang, sistem, dan sumber daya manusia.(Red/Dar)