Berdasarkan data, Pemprov Jatim mengakui rasio tracing kontak erat pasien terkonfirmasi positif di wilayahnya masih belum maksimal, bahkan ada kabar daerah di Jatim mempunyai tingkat tracing nol.
“Menurut Pemprov, rata-rata daerah di Jatim hanya memiliki rasio tracing sekitar 1:3 sampai 1:8. Padahal WHO menyatakan idealnya setiap satu pasien positif COVID-19, maka tracing atau pelacakan harus dilakukan kepada 15 kontak erat, atau 1:15. Maka proses tracing harus digalakkan di Jatim,” ujar LaNyalla di sela-sela reses di Ngawi, Jawa Timur, Senin .
Setiap kepala daerah di Jatim pun diminta mengidentifikasi permasalahan yang menyebabkan rendahnya rasio tracing dan disarankan untuk memberi pelatihan kepada tenaga kesehatan (nakes) dan petugas tracing agar bisa meningkatkan pelayanan.
Kemudian, LaNyalla menggarisbawahi pentingnya memahami kondisi psikologis masyarakat di masing-masing wilayah.
“Perlu kerja sama yang baik antar unsur Forkopimda di setiap daerah. Pemberdayaan Babinsa dan Bhabinkamtibmas sebagai pamong masyarakat diharapkan bisa lebih dioptimalkan karena mereka paling mengerti kondisi wilayah binaannya,” tegas mantan Ketua Umum PSSI tersebut.
Selain tracing, pihaknya juga menyoroti soal banyaknya kasus COVID-19 dengan pasien usia produktif di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Karena itu, ia meminta warga Malang untuk membatasi mobilitas.