PASURUAN, Harnasnews – Dalam antisipasi serta pengurangan resiko Bencana, Yayasan Sekola Konang Indonesia (YSKI) mitra PT. Tirta Investama (AQUA Keboncandi) menggelar Focus Group Discussion (FGD), Peningkatan Kapasitas dan Pengorganisasian KMPS Hulu Das Rejoso Sebagai Penggerak Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Berbasis Komunitas.
Kegiatan dilaksanakan di Kantor UPT PU SDA Welang Pekalen Provinsi Jawa Timur yang berada di Jl. Hayam Muruk, Kota Pasuruan dengan mengundang beberapa Desa yang berada di Kec. Lumbang, serta beberapa pihak terkait pada hari Senin (18/11/2024).
Kegiatan sendiri menitik beratkan pada pembentukan Komunitas Masyarakat Pencinta Sungai (KMPS) di 4 desa, Kec. Lumbang yang meliputi Desa Keronto, Lumbang, Wonorejo, dan Desa Pancur dengan sebutan Lumbang Kencana. Serta terdapat KMPS Pranata Desa Galih, Kec. Paserpan Kab. Pasuruan yang telah terbentuk terlebih dahulu.
Kepala UPT PU SDA Welang Pekalen Provinsi Jawa Timur, Anton Dharma Pusaka dalam sambutanya, sangat mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh YSKI yang bermitra denga AQUA Keboncandi dalam menjaga pelestarian alam.
“Ini merupakan kegiatan yang sangat bagus, sehingga kami ikut turut mendukung kegiatan positive ini. Saya berharap agar nantinya bisa merangkul multi elemen serta dinas-dinas terkait, tidak hanya pelestarian alam namun ikut serta melakukan antisipasi serta mengurangi bencana dari hulu sampai ke hilir,” ucap Anton Dharma.
Setelah itu disambung dengan Ketua Komisi Konservasi TKP SDA Welang-Rejoso Provinsi Jatim, Eko Antony Sofian mengungkapkan bahwa dengan melakukan diskusi dari berbagai lintas sektoral dalam mengikis gap yang ada, dengan membahas pengurangan resiko bencana.
“Kemitraan antara PT. Tirta Investama (AQUA Keboncandi) dengan YSKI bisa menjadi pilot projek serta pijakan dalam pengurangan resiko bencana, dengan adanya rencana untuk mengesahakan kecamatan tanggap bencana, yakni Lumbang Kencana,” papar Antony.
Ketua FPRB Suadi, pada inti semuanya harus didasari kepedulian dalam tujuan untuk mengurangi resiko bencana bila kelompok-kelompok di perhatikan dan memperbesar kelompok rentan.
“Jadi kita harus melakukan identifikasi kelompok yang ada dengan di isi orang-orang peduli dengan sesama yang meliputi lingkungan dari multi helik sebagai titik awal dan semangat untuk memberi edukasi terkait rawannya bencana di sekitaran lingkungan lebih dini ke masyarakat sekitar, serta mengurangi kerawanan bencana,” tuturnya.
SR Manager AQUA Keboncandi, Hari Wicaksono menerangkan bahwa Pengurangan Risiko Bencana adalah urusan semua pihak dan membutuhkan adanya partisipasi serta investasi setiap orang yang meliputi masyarakat sipil, jaringan profesional (NGO, Akademisi, media dsb) serta pemerintah kota dan nasional” (Sekjen PBB, 2010).
“Keterlibatan peran serta aktif seluruh unsur masyarakat terus di dorong melalui pendekatan kolaborasi Pentahelix sebagai bagian dari jati diri bangsa yang perlu dikolaborasikan untuk memberdayakan masyarakat dalam pengurangan risiko bencana,” terang Hari.
SR Manager AQUA Keboncandi menambahkan, “tatakelola kolaboratif yang dipimpin oleh pemerintah adalah kunci dalam pelibatan pemangku kepentingan non-pemerintah, AQUA Pasuruan berkomitmen berperan aktif dalam proses tersebut secara berkesinambungan, serta bertujuan kolaboratif antar pihak untuk menciptakan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang lebih efektif dan efisien melalui kerangka kebijakan, peraturan, struktur, mekanisme, program, dan kegiatan yang meyakinkan dan koheren,” imbuhnya.
Perwakilan BPBD Kab. Pasuruan, Sarinah Rostref juga ikut mendukung kegiatan yang dilakukan dalam rangka antisipasi dan pengurangan resijo bencana yang dengan pembentukan KMPS yang diselenggarakan oleh YSKI yang merupakan mitra dari AQUA Keboncandi.
“Dengan pembentukan KMPS ini, bisa menjadi pilot projek untuk wilayah lain dalam melakukan antisipasi serta mengurangi resiko bencana, serta dilakukan pendampinganoleh YSKI bagi KMPS untuk dilakukan secara terus menerus sehingga bisa tercipta managemen yang sangat struktural dari hulu ke hilir,” jelasnya.
Ketua harian YSKI, Purjoko di tempat yang sama menyampikan bahwa KMPS bisa jadi pengorganisasian berbasis kawasan siap siaga, masyarakat lebih Mandiri dan kolaborasi forum PRB dengan BPBD kab.pasuruan. KMPS sebagai konservasi berbasis kearifan budaya.
“Kencana sebagai rumah Pengurangan Resiko Bencana (PRB) perlu badan kerjasama antara desa berdiskusi dengan investasi dan mitigasi, penganggaran bersama untuk penanggulangan mitigasi bencana Antar kecamatan ataupun desa. Ketika bencana jangan cari yang salah tapi peningkatan kapasitas multi helic untuk kesejahteraan hulu dan hilir berbasis konservasi,” tutup Purjoko.(Hid)