Kongres VI Serikat Buruh Migran  Indonesia

MALANG, Harnasnews.com – Duta Besar Indonesia untuk Turki Lalu Momamad Iqbal membuka acara ini mewakili Kementrian Luar Negeri, di Kongres Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) yang ke VI, di Pendopo Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Selasa (19/2/2019).

Dalam kongres ini juga hadir Dirjen Binapentra Kementrian Tenaga Kerja Maruli Apol Hasoloan, Kepala Disnakertrans Kabupaten Malang Yoyok Wardoyo, Baznas, Muspika Kecamatan. Perwakilan SBMI Jeddah, Riyadh, Hongkong, Inggris, dan beberapa Non Goverment Organisation (NGO) yang digelar di Pendopo Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Selama empat hari yang dimulai tanggal 19 sampai 22 Februari 2019.

Diiringi drumband dan barisan perwakilan SBMI seluruh Indonesia,menyambut kedatangan Duta Besar Lalu Mohamad Iqbal.
Dalam sambutannya Lalu Mohamad Iqbal mengatakan, SBMI adalah satu satunya organisasi buruh migran terbesar di Indonesia , dimana pengurus dan anggotanya semua adalah mantan TKI dan kalau ada satu oerganisasi yang paling berhak mengatasnamakan TKI dan menjalankan aspirasi TKI adalah SBMI.

“Tanpa bermaksud mengecilkan yang lainya, tentu saja masih banyak yang lainya dan kita tahu yang komitmennya tidak kalah besar dengan SBMI, tapi saya bicara representasi teman-teman pekerja migran Indonesia di pentas Nasional mudah-mudahan SBMI semakin tumbuh. Dan tentunya tidak terlepas dari teman-teman sesama birokrasi ditempat yang paling ujung di desa dilaksanakan oleh Kecamatan pada SBMI sehingga SBMI saat ini semakin relevan,” ujarnya.

Pertanyaan saya saat ini adalah apakah teman-teman SBMI mau yakin?, mau exsis?, dan tetap relevan?, Lalu Mohamad melanjutkan, sontak dijawab semua yang hadir, mau ..

“Ada 2(dua) pesan saya. Satu SBMI pandai bergaya, SBMI harus memberdayakan karna itu saya sangat menikmati film tanpa kata durasi pendek yang dibuat oleh teman-teman SBMI Malang, seperti pada jaman empu-empu dulu tanpa kata tetapi sarat dengan pesan, yang ke Dua Advokasi saja tidak cukup, edukasi juga sangat penting, saya sampai hafal tiap laporan kasus yang masuk dari teman-teman SBMI bahkan sampai bahasanya pun saya hafal, karena itu kami menyambut baik kejasama kemitraan dengan teman-teman SBMI tapi ada siklus untuk menuju penempatan TKI mulai dari perekrutan, persiapan, pelatihan, penempatan, pemberangkatan sampai pemulangan dan SBMI harus hadir, dan terlibat dalam seluruh siklus karena dalam siklus inipun Pemerintah masih juga banyak kelemahan,” tambahnya.

Diakui ataupun tidak Pemerintah tidak bisa menyediakan selamanya, banyak aspek dimana salah satunya Pemerintah tidak bisa masuk kesitu. Nah disitulah SBMI bisa mengisi, salah satu masalah besar negara ini adalah banyaknya masalah teman-teman buruh migran yang masuk secara non prosedural dalam bahasa kasarnya ilegal.

Shelter-shelter diseluruh perwakilan Indonesia di luar negeri saat ini 90% penghuninya adalah mereka yang berangkat secara non prosedural sehingga keberangkatan secara non prosedural ini bukan hanya membahayakan dirinya sendiri, orang lain, keluarganya dan membahayakan Perwakilan.

Diplomat-diplomat di ujung sana dalam rangka membela mereka yang non prosedural terkadang mempertaruhkan nyawa mereka dan ini siapa yang akan mengurusi?, tidak mungkin Kemenaker, Kemenlu masuk ke setiap rumah-rumah dan menanyakan satu-persatu WNI.

Kita harus edukasi mereka jangan sampai berangkat secara non prosedural, bagaimana sadar akan pentingnya hak-hak bagaimana cara mempertahankan hak-hak, bagaimana cara melindungi diri sendiri karena perlindungan terbaik adalah dirinya sendiri, kita edukasi cara mengelola uang hasil bekerjanya, kita harus edukasi mereka bagaimana menjadi TKI dan itu tidak boleh menjadi pilihan Final, itu hanya pilihan antara menjadi TKI buat mencari modal, pengetahuan, jejaring, pengalaman dan setelah itu mereka harus kembali berkontribusi untuk membangun, desanya, kecamatannya, dan tanah airnya.(Tedi/Red)

Leave A Reply

Your email address will not be published.