JAKARTA, Harnasnews – Sejumlah tokoh militer, seperti Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno, Laksamana Madya (Purn) Freddy Numberi dan tokoh lainnya menghadiri peluncuran buku karya Laksamana Muda TNI (Purn) Rosihan Arsyad.
Buku yang berjudul “Indonesia’s Maritime Interest, Cooperation and Capacity Building” itu menyoroti pentingnya strategi posisi perairan Indonesia sebagai pusat jalur pelayaran internasional dari Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika Latin menuju Asia.
Laksamana Muda TNI (Purn) Rosihan Arsyad di sela-sela peluncuran bukunya di Auditorium Perpustakaan Nasional, jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat pada, Sabtu (28/9/2024) mengungkapkan bahwa buku karyanya itu merupakan sebagai bentuk sumbangsih dirinya terhadap bangsa dan negara dalam menyikapi soal pentingnya dalam menjaga keamanan maritim nasional.
Dalam karyanya, Rosihan Arsyad menyebut, Indonesia perlu menyadari bahwa perairannya berfungsi sebagai “gerbang” menuju Asia, yang membutuhkan jalur pelayaran yang aman dari Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin ke Tiongkok, Jepang, dan Korea.
“Undang-undang pelayaran baru mengharuskan Indonesia untuk merevitalisasi Penjaga Laut dan Pantai, dan langkah-langkah menuju realisasi ini telah dimulai,” tulis Rosihan. Oleh karenanya, Rosihan Arsyad menilai bahwa keberadaan perairan Indonesia sangat vital dalam mendukung stabilitas ekonomi regional dan global.
Sementara itu, Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno, menekankan pentingnya menjaga kekayaan maritim Indonesia. Selain itu, laut adalah sumber daya masa depan yang harus dilindungi. “Sumber daya darat bisa habis, namun kekayaan laut seperti ikan dan hasil laut lainnya harus dikelola dengan baik untuk kelangsungan hidup bangsa ini,” ujar mantan Menko Polhukam itu kepada wartawan.
Tedjo juga menilai perlunya perhatian serius terhadap isu maritim, dengan mengajak semua pihak untuk terus berjuang meski banyak tantangan yang dihadapi.
Lebih lanjut, Tedjo menggarisbawahi bahwa pemerintah perlu didukung oleh para ahli yang benar-benar memahami masalah laut dan maritim. “Kita harus terus peduli dan memberikan solusi atas tantangan maritim yang dihadapi Indonesia, karena masa depan bangsa kita sangat bergantung pada bagaimana kita mengelola lautan,” tegasnya.
Dirinya juga berharap dengan peluncuran buku yang berjudul “Indonesia’s Maritime Interest, Cooperation and Capacity Building” ini diharapkan dapat membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga pelestarian maritim Indonesia di tengah berbagai tantangan global dan regional.
Sebelumnya, Rosihan mencatat sepanjang periode tahun 1999-2005, sedikitnya terjadi 840 serangan perampokan bersenjata di perairan Indonesia dan Selat Malaka dan Singapura.
Keberadaan Bakamla menurut Rosihan bukan hanya sebagai “Penjaga Pantai Indonesia”, melainkan memiliki tugas yang lebih luas yakni melaksanakan patroli keamanan dan keselamatan, menetapkan kebijakan nasional, menyelenggarakan sistem peringatan dini, pengaman, pengawasan, pencegahan, dan penuntutan hukum, mengoordinasikan patroli perairan, memberikan dukungan teknis, dan menawarkan bantuan pencarian dan penyelamatan.
Direktur Eksekutif Institute for Maritime Studies itu juga memberikan saran terhadap pemerintah agar terus meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya dalam industri dan fasilitas maritim.
“Saat ini, Indonesia merupakan negara pengimpor minyak, dan diperkirakan pada tahun 2050, Indonesia akan mengimpor sebagian besar minyaknya. Meskipun demikian, Indonesia akan tetap menjadi pengekspor gas, bahan baku, dan barang konsumsi yang signifikan,” ungkapnya.
Rosihan mengungkapkan, ada potensi ancaman terhadap keselamatan dan keamanan navigasi selama pengangkutan barang-barang ini, bersamaan dengan penundaan karena inefisiensi dan fasilitas maritim yang tidak memadai. Indonesia diproyeksikan menjadi mesin pertumbuhan bagi Asia, meskipun mungkin perlu waktu sebelum Indonesia muncul sebagai ekonomi terkemuka di kawasan tersebut.
Seperti diketahui, dalam buku tersebut, selain membahas kondisi perairan di Indonesia, buku “Indonesia’s Maritime Interest, Cooperation and Capacity Building” juga memaparkan tentang pentingnya keamanan Sea Lines of Communication (SLOC) di perairan Nusantara (Alur Laut Kepulauan Indonesia-ALKI) yang kini menjadi salah satu prioritas utama dalam pemikiran strategis dan pengembangan kebijakan negara-negara regional. (Red)