
Lebih jauh Zainul Pahmi menguraikan , Para Pemilih Pemula maupun Kelas Menengah cerdas di NTB tentu memiliki ekspektasi yang kuat dalam menyukseskan gelaran Pemilu 2024 dengan berbagai motivasi. Parameternya adalah maraknya keterlibatan generasi milenial 4.0 ini dlm menyemarakkan kontestasi lewat beragam konten medsos ( fb, tik tok ,IG, twitter, dll ) mempromosikan figur Kandidat idolanya.
“Selain melakukan operasi penetrasi di basis, maka penguatan dan kerjasama dalam membangun net working juga memiliki posisi strategis dalam memperbanyak perolehan suara,” imbuhnya.
Lebih Jauh Zainul Pahmi menambahkan, pada Pemilu DPD RI 2019 diwarnai kejutan yakni terhempasnya tiga Petahana DPD RI periode 2014 – 2019 dengan hanya menyisakan Suhaimi Izmy yang bertahan untuk periode 2019 – 2024. Mereka tergantikan oleh pendatang baru yang memenangi konstestasi tersebut yakni Evi Apita Maya ( 283.932 suara), H Achmad Sukisman Azmy, M.Hum ( 268.905), TGH Ibnu Halil ( 245.570). Sementara Petahana H Suhaimi Ismy berada di urutan terakhir dengan perolehan suara 207.352.
“Pada Pemilihan DPD RI NTB 2019 muncul kejutan yang menobatkan Evi Apita Maya sebagai Senator Perempuan memperoleh suara terbanyak dan di idola kan oleh Masyarakat NTB karena dianggap mempesona,” ucap Pahmi.
*Peluang dan kelemahan Pendatang Baru*
Sementara itu didu melanjutkan, berdasarkan rekam jejak konstestasi , kekuatan sekaligus kelemahan elementer pendatang baru rata-rata terletak pada semangat tanpa disertai kalkulasi politik yang rigid, bahkan kerap terlalu menyederhanakan mengimplementasikan taktik dan strategi dilapangan dalam meraih dukungan pemilih tanpa didukung mapping dan peta politik yang kredible dan valid.
“Meskipun ada kisah Glory politik Pemilu 2019 yang berhasil menumbangkan tiga Petahana DPD RI , Maka tidak serta merta pada pemilu 2024 , petahana DPD RI mudah ditumbangkan lagi. Tentu Petahana DPD RI belajar dari tragedi Pemilu 2019 ,” ujarnya.
Didu mengatakan salah satu celah peluang modal politik yang penting bagi pendatang baru selain *Investasi Sosial* , juga bagaimana mampu menyakinkan para *vote getter* dari beragam strata sosial untuk ikut mengkampanyekan dan memenangkan dirinya terpilih menjadi Senator DPD RI.
Didu menambahkan pentingnya menjalin kerjasama net working dengan kalangan Vote Getter Potensial ini, setidaknya untuk memperpendek dan mengefisienkan waktu dalam melakukan penetrasi di basis.
“Percuma dan sia-sia belaka menjadi petarung DPD RI jika tidak memiliki kekuatan yang lebih dalam menggalang dukungan di basis maupun para vote getter,” tambahnya.
Terakhir didu mengulas pada Pemilu DPD RI 2024 ada anomali politik yang tidak biasa yakni ketika DPD PDIP NTB secara terbuka menyatakan dukungan dan menginstruksikan agar struktur dan Konstituen PDIP memilih dan memenangkan Puteri Ketua Badan Pengawas dan Disiplin Partai Gerindra , Haji Bambang Kristiono yakni Rannya Agustyra Kristiono menjadi Senator DPD RI mewakili Dapil NTB. Langkah Politik Moral Kemanusiaan yang diambil PDIP NTB ini haruslah dimaknai bahwa PDIP NTB senantiasa menghormati dan menghargai upaya-upaya Puteri HBK telah berbuat nyata dalam membangun dan membesarkan NTB melalui jalur olah raga sepak bola.
“PDIP NTB seolah ingin memberikan pesan humanis dengan dukungannya kepada Rannya yakni siapapun dia , apalagi ia masih muda belia telah berbuat kebajikan/ kebaikan untuk daerah, hendaknya ‘dibesarkan’ spiritnya dan ‘dimanusiakan’ cita-citanya,” pungkasnya.(Red/Hum)