Pasalnya, dia berpandangan bahwa kesenian dan kebudayaan seharusnya ditampilkan di sanggar seni.
“Jadi, di jalan saya bilang juga waktu kemarin kepada Pak Koster. Tolonglah jangan kalian (kesenian) Bali dibawa ke hotel, saya tidak setuju. Kenapa? Karena akan kehilangan rohnya,” ucap Megawati.
Ia melanjutkan, “Pentas sudah dipotong, tidak lagi berada di tangan Sekaa Gong karena saya tahu sekali, saya ikut menari. Ayah saya menyuruh kami menari, saya tahu tari Bali seperti tari Legong Kraton, Pendet,” ungkap dia, dikabarkan dari antara.
Ketua Dewan Pengarah BPIP ini juga mengaku baru-baru ini melontarkan kritik soal makin langkanya maestro kesenian Bali.
Ia pun mengingat sosok maestro Bali I Mario yang menciptakan Tari Terompong dan Tari Kebyar Duduk.
Menurut Megawati, tarian ciptaan sang maestro I Mario perlu diajarkan dan didedikasikan kepada generasi penerus bangsa.
“Jadi, kalau saya lihat tarian Bali sekarang, itu hanya fisiknya yang menari, tidak dengan jiwanya. Padahal, itu mesti jadi satu fisik dan jiwa,” ucapnya.
Ia menambahkan, “Saya kemarin ada gamelan itu, saya lihat mereka ya main main asal begini. Padahal, saya dahulu diajari itu supaya punya gaya dan itu langsung, kalau istilah saya, seperti kerasukan. Itu langsung ada kekuatan itu, kalau dibawakannya sesuai dengan jiwa kita.” (qq)